Kamis, 29 November 2018

Puisi-puisi antologi Mblekethek 7-12

7.

Edy Priyatna
Mengangkat Sajak Indah
Tersembunyi sebuah negeri impian
sebentuk suksesi perputaran
tengah atasannya tertidur
untuk sepanjang hari
di atas tempat kursi hangat

Kepentingan bertemu akan datang
senantiasa tak bertuan
mengembara ke ujung negeri
mengejar semua bayangan
rindu nan terus menggelisahkan

Perbuatan kehidupan alam dunia
hanya sekejap saja
tanpa terasa usia
lebih bertambah senja
semakin tiba di penghujung tahun

Belakang ruang janji kematian
konon rasanya negeri ini
menjadi negeri para gembeng
berpenghuni jutaan kesedihan
dalam berita angin tragis

Urutan rindu nan panjang
kesenyapan malam tenang
hanya berkawan bunga tidur
mengelana tanpa arah
mengangkat sajak indah
 (Pondok Petir, 06 September 2018)
Edy Priyatna

Sampai Kapan akan Terus Terjadi?

Masih terus berkobar 
sudah sampai sekian kasus 
telah demikian saudaraku tewas 
di samping lainnya terluka berat ringan 
semuanya baru terungkap 
dan baru sekian kasus 
masih banyak belum terselesaikan 
tertangkap demikian orang dan barang bukti 
kemudian sekian senjata api 
ada demikian granat 
dan sekian butir peluru 
hingga tadi malam telah terjadi penembakan 
ada orang tewas dan orang kritis di langkah 
sebelumnya ada beberapa orang tewas

Setelah jauh ku menjelajah
sekian orang luka berat 
kota ini terus di hantui petrus 
ada apa dengan pemerintah
ilmuku terasa ringan bila ku bawa
dalam perjalanan selalu bertanya
agar semua tahu itu apa
biar terjawab itu semua
semoga otak tak membeku
diriku senantiasa ingin mengerti
karena pengetahuan membuatku lugu
ada apa dengan aparat ini
mengapa ini di biarkan terjadi
sampai kapan akan terus terjadi
(Pondok Petir, 12 Juli 2018)
         Edy Priyatna, Lahir di Jakarta 27 Oktober 1960. Sangat suka menulis apalagi kalau banyak waktunya dan suka sekali memberikan komentar.
Menulis sejak tahun 1979 saat aktif di ‘Teater Bersama’ Bulungan Jakarta Selatan. Tulisannya, Cerpen dan Puisi pernah dimuat di beberapa surat kabar Ibukota pada tahun 1980. Pada tahun 2001 tulisannya masuk dalam buku kumpulan Cerpen dan Puisi karya sendiri “Gempa” cetakan pertama Pebruari 2012.
Dan buku “Buku Petama di Desa Rangkat” Januari 2015. Kini aktif di Kompasiana sejak 08 Maret 2011 kemudian hingga saat ini telah menulis sebanyak lebih kurang 1.700 tulisan.




















8.

Pensil Kajoe

Kumainkan Peranku dengan Improvisasi

kumainkan peranku
sesuai dengan skenario
bolehkah improvisasi
sebab aku, hamba yang mbeling
kadang eling
kadang linglung

ketika sujudku adalah bentuk tuntutan
pemenuhan segala inginku
bukan bukti kepasrahan padaMu

aku memang hamba mbeling
keimananku masih fluktuatif
naik turun seperti ombak
gelombang nafsu menghantam

aku, si manusia mbeling
yang bisa berperan manis
meski masih antagonis
sebab improvisasi kebablasen
tak eling menjadi hamba
yang lupa skenario awal
sebagai manusia.

22092018



9.

Nila Kesuma

Palu dan Arit

Ketika bernama palu bersama dengan arit, aku tidak berteman dan berusaha jauh dari jangkauan dan intimidasi semua pergerakan

Kepala palu selalu mengarah dan tertuju kepada para buruh yang tercekal suara dan pendapat

Sesungguhnya arit selalu bergejolak diantara kemarahan dengan atas namakan kemakmuran untuk para petani

Aku terlalu mencintai negriku
Tidak pula berusaha mengganti
PALU DAN PAHAT
Ketika pahat ingin berjalan mencapai tujuannya harus ku ketuk dengan palu

Begitupun aku menghapus pertemanan dengan palu dan pahat
Karena palu dan pahat harus ada sokongan dan tidak mandiri dalam berfikiran di era globalisasi dan canggih






10.

H. Asril

Desaku Hilang Separuh

Sebelum kentongan bertalu
Anak desa berderet di tajug
Menanti panggilan Ilahi         
Jamaah sholat setiap waktu
 Al Qur'an kau pegang
Sambil mengantri depan kyai
Tidur berderet di tikar mayat
Pulas sampai bermimpi
 Asholatu khoirum ninan naum...   
Dinginnya pagi menusuk sumsum
Wudhu kau bergegas
Berderet ngantri bagai menanti raskin
Didepan Kyai  Alqur'an sarapan pagi
Damai desaku kala itu....
Kini..pos kamling penuh sesak
Tajug'masjid surau tak ada canda
Deretan maling menanti
Saat kau lengah
Mobil,motor'sandalpun
Ketakutan diluar rumah
 Bisakah ku......
 Tidur pulas diatas tikar mayat
 Hanya waktu aku menanti







H. Asril

Setengah Abad

Lima puluh tahun yg lalu
Saat anak 2 mencium bau asap motor
Berderet di tepian jalan berdebu
Menanti harley,Norton lewat           
Girang mencium bau asap
Sambil berkata.........
 Mungkinkah aku dan kau
 Menaiki seperti tuan tanah.....
 Zamanpun berubah....
 Honda.....Yamaha...Suzuki
Berderet di rumah tak beratap     
Bisakah bersyukur....
Pada Tuhanmu........
Atau kau lupa NikmatNya.....
Tuhan aku takut murkaMu...
   




                               
H. Asril adalah seorang penyair kelahiran Indramayu, Tinggal di Indramayu, dan menulis puisinya dalam bentuk tulisan tangan. Kesehariannya adalah seorang ulama dan pendidik di Indramayu.


11. Heru Mugiarso

Bukan Puisi Biasa

Ini bukan puisi biasa
Kerna ditulis di balik kuitansi  mark up
Penggelembungan anggaran kantor
Maka bisa dimengerti
Jika puisi  jadi tertuduh dan ikut menanggung dosa
Dan dimintai pertaggung jawaban
Di depan petugas KPK

Atau puisi yang tersurat
Di sela kado ulang tahun selingkuhan
Maka bisa dipahami
Ia kena pasal perzinahan
Di akhirat nanti

Bahkan puisi yang dipesan oleh capres
Buat kampanye dan pencitraan
Pada tahun politik
Tahun depan
Maka bisa diketahui
Ia jadi saksi
Hidup mati
Bahwa
Puisi itu
Juga  masih mempan
Atas Uang sogok, gratifikasi dan  model amplopan

Puisi Ini bukan puisi biasa
Puisi yang diciptakan dengan cara memperkosa
Diksi, majas dan metafora
Dan segala hiasan  piranti bahasa  serta tetek bengek
Buat konsumsi zaman
Yang  makin mbleketek

Sebab puisi  biasa
Hanya laku buat merayu kamu
Agar tetap  cinta padaku
Atau hanya berlaku di  dunia maya
Yang kini  sudah kehilangan Luna..
2018

























Heru Mugiarso

Paradok Negeri Hoaks

Tak ada yang lebih sibuk dari negeriku
Yang pekerjaan warga negaranya cuma membikin dan membagi hoaks
Ada hoaks berlabel agama , ada bercap politik  atau yang murahan ala selebritis
Selayaknya pekerjaan  maka mendatangkan duit  dan tak gratis

Tak ada yang lebih riuh dari ini  bangsa
Pengguna  lima besar medsos di dunia
Selalu sibuk bikin status entah ujaran kebencian atau sindiran
Tapi inilah suara demokrasi yang mesti dimuliakan

Dan anehnya ketika suatu hari  di bagian lain negeri ada musibah
 Konon lautnya sampai tumpah  dan buminya pun merekah
Ada saja yang bikin lelucon hoaks memicu rasa marah
Konon dia mengaku dipukuli dan wajahnya berdarah-darah

Dan sungguh bodohnya  para jemaah hoakers  ikut-ikutan  melawak
Dengan kesumat dan marah yang bikin tergelak-gelak
Tapi begitulah saking mbleketeknya  itu lelucon
Akhirnya bikin mereka tampak bego dan kian bloon

Jangan kaget hidup di negeri mbleketek
Soal hukum  selalu memandang bulu ketek
Kalau rakyat jelata menyebar hoaks akan dibui
Maka  cukup dimaafkan lahir dan bathin bila pelakunya petinggi dan politisi.
2018







Heru Mugiarso, lahir di Purwodadi Grobogan, 2 Juni 1961. Menulis puisi sejak masih duduk di bangku SMP.  Karya-karya berupa puisi, esai dan cerpen serta artikel di muat di berbagai media lokal dan nasional. Sekitar enam puluhan judul buku  memuat karya-karyanya.Penghargaan yang diperoleh adalah Komunitas Sastra Indonesia Award 2003 sebagai penyair terbaik tahun 2003 Namanya tercantum dalam buku Apa dan Siapa Penyair Indonesia (2017.)Sebagai nara sumber acara sastra pada program BIANGLALA SASTRA SEMARANG TV. Juga, Pembina Komunitas Lentera Sastra mahasiswa jurusan Bimbingan Konseling Unnes.







12.

Raeditya Andung Susanto

Sibuk

Orang kita sedang sibuk menyambut Pilpres
diagendakan banyak perayaan
menggandeng segala macam profesi
elemen masyarakat hingga organisasi

Padahal pilpres biasa-biasa saja
mereka terlalu membesar-besarkan
sebab siapapun pemenangnya
kita tetap bisa bekerja

Namun tidak saat Pileg
ditambah batuk bahkan demam
buat makan saja tidak enak
apalagi untuk bekerja

WkWKWK, 9 Oktober 2018












 Raeditya Andung Susanto

Curhat

Jadi sebenarnya, saya mau curhat
Ini bukan puisi, sajak atau semacamnya
Ini cuma keluh rakyat biasa
terhadap pemerintahnya

Heran saja sama petinggi yang duduk
manis di senayan atau ibu kota sana
mereka itu gajinya sudah nganu
tapi tetap banyak nganu

Prestasinya ; nganu
Rakyatnya ; tetep nganu
Negaranya ; makin nganu

Bagaimana kalau setelah pelantikan
Presiden tahun depan kita ganti
namanya jadi Dewan Perwakilan Nganu?
Bekasi, 9 Oktober 2018

Raeditya Andung Susanto penulis asal Bumiayu, sedang menempuh pendidikan S1 di Sekolah Tinggi Teknologi di Bekasi. Pernah menjadi Juara 2 LCP tingkat Nasional 2017, Penulis RUAS Indonesia-Malaysia 2017, Antologi Puisi Abu-abu Merah Jambu, Penulis Antologi Wangian Kembang Konferensi Penyair Dunia (KONPEN) 2018, Penulis Antologi Senyuman Lembah Ijen 2018, Indonesia Lucu 2018, Menjemput Rindu Taman Maluku dan masih banyak lagi. Sedang menyiapkan buku pertamanya.