Kamis, 29 November 2018

Puisi-puisi Antologi Mblekethek 37-42

37.
Barokah Nawawi

Kali Kedung Putri

Kali Kedung Putri di masa kecilku
Jernih membelah menyusuri lorong-lorong kota
Gemercik lembut mengikuti nada indah angin sepoi
Menyihir ketenangan penghuni kota yang cinta damai.

Ibu ibu mencuci dipinggir kali
Dengan wajah sumringah dan senda gurau
Bercanda bersama angin sepoi pelangi dan matahari
Dengan sabun batang sunlight dan buah lerak
Tak ada mesin cuci, detergen dan sabun colek
Semuanya alami tanpa polusi.

Di sini pula aku suka berenang
Berkecipak di antara ikan-ikan
Tertawa bersama matahari dan awan.

Tapi kini suasana telah berganti
Semuanya serba praktis dan mudah
Tak perlu lagi susah payah mencuci di pinggir kali
Lelah dan letih berjemur matahari
Dengan mesin cuci semuanya selesai dalam sekejap
Sambil menonton acara televisi
Dan chating ria bersama sahabat maya.

Dengan kemajuan teknologi
Limbah limbah rumah tangga dan pabrik pabrik semakin banyak
Semuanya mengalir ke sungai sungai
Mengotori dan mencemari habitat sumber kehidupan.

Kini kali Kedung Putri berubah warna
Coklat mblekethek dan membuat kulit terasa gatal
Hingga tak ada lagi anak-anak yang berenang riang
Tak ada lagi orang-orang yang memancing ikan
Juga tak ada lagi warna kehidupan yang indah
Hanya sepi dan keburaman yang melintas.

Apakah kemajuan identik dengan mblekethek
Semakin mblekethek semakin ramai sebuah kota
Dan semakin maju penduduknya
Seperti sungai Ciliwung yang membelah Ibu kota negeri ini ?

Cuma tak kumengerti kenapa di negara lain yang lebih maju teknologinya
Seperti Jepang dengan sungai Sumida nya yang terkenal
Tempat wisata dengan kapal aneka warna
Bisa melintas diatas sungai yang jernih indah
Entahlah.
Kali Kedung Putri: nama sungai di Purworejo.

Barokah, lahir di Tremas Pacitan 18-08-1954.
Bekerja di PT Telkom sejak th 1974 dan mengajukan pensiun dini th 2002. Antologi puisi tunggalnya Bunga bunga Semak - Pustaka Haikuku 2017. Antologi puisi bersama : Sedekah Puisi - Lumbung Puisi 2018, Satrio Piningit - Lumbung Puisi 2018, Negeri di Atas Awan - Rose book 2018. Penyair ini tinggal di Semarang.

38.
Muhamad Iskandar
Perahu Retak
-hampir ke ujung wajah-
di dadaku nusantara menyala
bagai cahaya fajar di tepi malam buta
menjelma ombak, samudera kata terpecah dalam bait
O, bangsaku cintaku
Indonesia dalam darahku

namun kini bangsaku menangis pilu
hukum diputarbalik sedemikian rupa
undang-undang dibuat asal jadi
kemakmuran jauh di awang-awang
cita-cita pendahulu, ditikam janji palsu
rakyat pontang-panting cari makan
pejabat enak saja mengembat harta bangsa
hahahaha

Indonesiaku cintaku
ibarat perahu besar
berlayar di samudera luas
menampung seluruh suku
toleransi dijunjung teguh
                  jangan retak!
       kudamba dalam doa

tanah air tanah airmata
teringat bait cita-cita
sang penjaga semesta
O, hiduplah negeriku
                        Indonesiaku
jangan retak!
Badau, Oktober 2018
39.
Arie Png Adadua (Syaiful B. Harun).

Kebun Mblekethek

Sungai yang tua hanyutkan sampah
Lelah seberangi masa dan sejarah
Di sebuah kebun dia singgah
Penghuninya ramah-tamah

Namun sebagiannya mblekethek
Sampah dipungut dan diarak
Kebun ditata dalam tetek-bengek
Dikudeta lewat dunia maya
Kapan dan siapa saja dihina
Tak berani berhadap-hadapan
Meluap amarah dalam gerombolan
Bal-balan pada injak-injakan
Dapat kesempatan jarah-jarahan
Lantas di mana pembaca mantra?

Sungai tua hanyutkan kotoran
Kura-kura mengembosi sampan
Pakaiannya tak sejurus dan sepadan

Di kebun mblekethek
Sebagian penghuninya sopan-santun
Kancil kecil dipakaikan tiara
Harimau gagah siap merangsek
Garis punggungnya neraca dan nota-nota
Panda pemakan rebung bambu
Duduk di sudut sabar menunggu
Lantas di mana sang garuda?

Sungai tua hanyutkan luka
Pada kebun mblekethek
Sebagian penghuninya sangat cerdik
Kirim sinyal ke kiri namun belok kanan
Kirim isyarat ke atas ternyata ke bawah

Ada pohon rimbun ternyata tak terlindung cahaya matahari
Ada bintang-bintang bersinar ternyata hanya sebesar mata sapi
Ada burung gagah ternyata redup oleh sinar rembulan
Ada mobil mewah ternyata jagoan mogok di jalan


Mereka tak peka tanda-tanda alam
Dikiranya alam senantiasa bungkam
Tak membaca kejadian silam
Maunya menjadi kaum pendatang
Berhidung mancung berkulit terang
Lupa kalau semut suka mendatangi gula
Lupa kalau lalat suka mengerumuni luka

Setiap lima tahun teriak,“Pilih aku! Pilih aku!”
Katanya rajin bekerja nyatanya untuk pencitraan
Katanya berpihak nyatanya pandai merangkai hoax
Katanya merakyat nyatanya membuat melarat
Katanya berjuang nyatanya membuat ngap-ngapan

Kebun mblekethek itu pejuang pemberani
Namun sebagian penghuninya
Keberaniannya melewati batas
Katanya akan menghapus pelajaran agama
Katanya akan menjadikan firman sebagai nyanyian

Apa iya, wahyu sudah ketinggalan zaman?
Nyata, otaknya yang kecil memang lebih hebatan
Palembang, 27 Oktober 2018

Arie Png Adadua adalah nama pena dari Syaiful B. Harun. Kelahiran Palembang,16-06-1967. Berprofesi sebagai salah seorang guru di Ma'had Al Islamiy Aqulu-el Muqoffa. Semasa kuliah telah tertarik pada puisi terlebih sejak menjuarai "Lomba Cipta Puisi Provinsi Bengkulu" dalam rangka memperingati Penyair Chairil Anwar pada tahun 1996. Buku yang pernah diterbitkan berupa kumpulan puisi "Nyanyian Cerita Fajar" (Palembang, 2004) dan Apresiasi dan Menulis Puisi (Palembang, 2018), serta beberapa buku antologi puisi, yaitu Antologi "Gerhana" Memperingati Peristiwa Gerhana Matahari Total di Sebagian Wilayah Indonesia - Rabu, 9 Maret 2016 (Jakarta, 2016), Antologi “Kebangsaan” (Depok, 2018), Antologi Puisi “Angin” (2018), Antologi “Segenggam Kenangan Masa Lalu” (2018), dan Antologi Puisi Tulisan Tangan “Satria Piningit” (2018).











40.

Muhammad Lefand

Anggaran

setelah sidang dibuka palu diketuk
usulan demi usulan seperti pasir
ada yang usul anggaran masa lalu
ada yang usul anggaran perjalanan mati
ada yang usul anggaran percaloan
ada yang usul anggaran propaganda hoax
dan berbagai macam anggaran lainnya
semua anggota mengajukan usul anggaran
sesuai dengan hak menyampaikan aspirasi
tak ada yang tidur dalam sidang anggaran
dengan penuh semangat para peserta sidang
memperjuangkan anggaran yang diusulkannya
selesai sidang dibacakan hasil keputusan
semua anggaran yang diusulkan dibatalkan
karena tak ada pendapatan sama sekali
dengan bangga semua bertepuk tangan bahagia

Jember, 2018










41.

Iwan Bonick
Dua Ribu Delapan Belas
Menuju
Dua ribu sembilan belas

Hari hari ada berita
Setiap hari memberitakan
Setiap saat di beritakan

Hari hari ada kabar
Setiap hari mengabarkan
Setiap saat dikabarkan

Hari hari ada kisah
Setiap hari mengisahkan
Setiap saat dikisahkan

Berita blekethek
Kabar blekethek
Kisah blekethek

Aku menjadi blekethek
Kamu menjadi blekethek
Kita semua menjadi blekethek

Hidup blekethek
Hidup blekethek
Hidup blekethek

Kp Teluk Angsan Bekasi
Rabu Wage
31 Oktober 2018
42.
Meinar Safari Yani

Nun Jauh di Sana

Nun jauh disana..
Tersebutlah kata-kata nan bijak ,terucap dari bibir penuh hikmat
Di sertai kutipan ayat ,yang menjanjikan nikmat
Meski kutahu itu hanyalah bungkus dari segumpal hasrat
Atas nama nafsu yang menggeliat
Nun jauh di sana
Juga terdengar lantang suara ,seakan membangun gelora muda
Dengan berjuta aksara, berhias kata-kata mutiara
Sembari tangan menepuk dada
Tak lupa sesekali jari telunjuk mengarah kemana-mana
Layaknya Baginda Raja  medar sabda
Meski kami tahu , itu semua hanyalah sebentuk kilah dari hati yang resah
Pada keinginan  yang tak terjamah
Nun jauh disana
Rupanya ada yang tengah merindu sanjung dari ujung relung hingga palung
Mencari-cari sympati ,mengharap puja –puji dari kanan serta kiri
Bahkan demi semua ini ,Nama Gustipun dibawa-bawa tanpa permisi
Sementara kami  menahan gelak takut tersedak
Memandang polah mblekethek anak manusia
Yang ingin lajukan asa semau-maunya .
Tinggal dan tanggalkan etika  pada Empunya Dunia .
Meinar Safari Yani

Nasihat Kecil

Kemarilah anakku
Akan kutunjukan padamu
Bunga mekar terluka  kumbang
Mengerang di sudut jalanan
Sembab dalam tumpahan linang
Hilang wangi hilang suci
Engggan sambut hangat mentari pagi
Juga pudar hasrat tuk meliuk-liuk
Menari ikuti desiran angin yang membumi
Anakku kini kau harus mengerti
Betapa sepenggal tragedi ini
Adalah episode ketidakpantasan
Menjelma sejumput kenang nan kelam
Dan terserak di zona anak zaman
Balikpapan, 31 Oktober 2018

Meinar Safari Yani ( Assa Kartika ) guru,lahir di Klaten,31 Mei 1967. .Puisinya pernah dimuat di surat kabar  berjudul “ Omongan Dua Bocah Desa” ,Potret I dan Potret II. Suka menyanyi dan melatih nasyid, sehingga beberapa puisinya digubah menjadi lagu “Tanam Sejuta Pohon “ lounching festival CGH Kaltim Pos.“Di Pangkuan Bunda “ lagu persembahan untuk Ibu Any SBY pada kunjungan Presiden RI dan Menteri ke Kaltim, “Subhanallah “dan “Pencarianku” di tampilkan pada Education Fair Yayasan Kartika