Selasa, 08 Juni 2021

Tadarus Puisi Ramadhan V 1442 H /2021 Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Edisi Spesial Penulis : Penyair Indonesia Editor : Rg Bagus Warsono

 Penyair: 



1.Hapsah Sengaji, 

2. I Wayan Budiartawan, (Karangasem)

3. Heru Marwata, (Yogyakarta)

4. Ayu Rahayu, (Indramayu)

5. Usniaty.S.I.Kom, (Palopo)

6. H. Shobir Poer, (Tangerang Selatan)

7. Rohani Athala, (Aceh Barat Daya)

8. Zaeni Boli, (Larantuka)

9. Irwansyah, (Bogor)

10. Ahmad  Z. Ujung, (Dairi)

11. Muhamad Salam , (Ambuten Sumenep)

12. Ahmad Dumyati AN, (Serang)

13. Anisah, (Magelang)

14. Supianoor, (Tanah Bumbu)

15. Fath WS, (Magelang)

16. Teguh Ari Prianto, (Bandung)

17. Sri Wijayati, (Bantul)

18. Tarni Kasanpawiro (Bekasi)

19. Atek Muslik Hati , (Lombok)

20. Ahmad Rizki (Tangerang Selatan)

21. Wawan Hamzah Arfan, (Cirebon)

22. Muhammad Jayadi, (Balangan)

23. Ali Imron, (Pekalongan)

24. Budi Riyoko, (Palembang)

25. Rosyidi Aryadi,(Palangkaraya)

26. Syahryan Khamary,(Tidore)

27. Emby B.Metha (Adonara)

28. Indon Wahyudin (Makasar)

29. Khalid Alrasyid,(Mojokerto)

30. Nanik Utarini , (Merangin Jambi)

31. Arya Setra, (Jakarta)

32. Yus Harris, (Jombang)

33. Hari Yono, (Blitar)

34. Hendra Sukmawan, (Garut)

35. Sulistyo, (Jakarta)

36. Herry Lamongan, (Lamongan)

37. Raeditya Andung Susanto

38. Dyah Nkusuma, (Sampit)

39. Wyaz Ibn Sinentang (Pontianak)

40. Oka Miharzha.S, (Tanah Laut)

41. Muhammad Levand, (Jember)

42. Eliviya Kusumawati, (Mojokerto)

43. Gilang Teguh Pambudi,( Jakarta)

44. Ence Sumirat, (Cianjur)

45. Selamat Said Sanib, (Samarinda)

46. Che Aldo Kelana, (Atambua)

47. Sugeng Joko Utomo, (Tasikmalaya)

48. Amini, (Nganjuk)

49. Nur Khofifah, (Banyuwangi)

50. Iwang nirwana, (Pemalang)

51. Mohammad Saroni, (Mojokerto)

52. Hal Halis,(Bulukumba)

53. Bayu Aji Anwari, (Semarang)

54. Fadil Kania Putra, (Garut)

55. Putri Bungsu, (Karanganyar)

56. Abidi Al-Ba'arifi Al-Farlaqi (Bireuen)

57. A. Zainuddin Kr, (Pekalongan)

58. Indri Yuswandari, (Kendal)

59. Yuda Wira Jaya, (Wonosobo)

60. Edison P. Malau,(Sidikalang)

61. Mast Oim (Pati)

62. Wandi Julhandin(Makasar)

63. Hamsar Opo (Makasar)

64. Sumrahadi (Jakarta)

65. Suyitno Ethex (Mojokerto)


66. Rasif Arisa,(Jambi)

67. Muhamad Salam (Sumenep)

68. Akhmad Sekhu, (Jakarta)

69. Abu Ahmad Alif (Bontang)

70. Rg Bagus Warsono (Indramayu)

71. Iin muthmainnah (Sumenep

72. Ary Toekan, (Adonara)

73. El-Amirin (Kangean Madura)

74. R. Muhammad. A. A (Banjarbaru)

75. Dian Purnama Dewi, (Badung , Bali)

76. Bayu Nindyoko, (Wonogiri)

77. Hasani Hamzah (Sumenep)

78. Riami, (Malang)

79. Mohammad Iskandar, (Demak)

80. Amal Mustofa, (B0gor)

81. Taufik Saiful Anam, (Pati)

82. Akbar AP, (Bantul)

83. Roymon Lemosol, (Ambon)

84. Christya Dewi Eka, (Semarang)

85. A Machyoedin Hamamsoeri, (Jakarta)

86. Sukardi Wahyudi, (Kutai Kertanegara)

87. Sukismiati, (Jombang)

88. Warsono Abi Azzam, (Cilacap)

89. Heru Patria, (Blitar)

90. Nurhayati Rakhmat, (Bekasi)

91. Rissa Churria, (bekasi)

92. Gambuh R Basedo, (Rembang)

93. Tono (Blora)

94. Dwi Wahyu Candra Dewi, (Blora)

95. Rusdin Pohan, (Medan)

96. Sulistyo Nugroho, (Tangerang)

97. Suhendi RI, (Bekasi)



98. Riswo Mulyadi, (Banyumas)

99. Aisyah Rauf (Bulukumba)

100. Samian Adib (Jember)

101. Taba Heriyanto.(Bengkulu)

102. Elly Azizah,(Bengkulu)

103. Odi Shalahuddin, (Yogyakarta)

104.Asro Almurthawy, (Merangin)

105. Ama Kewaman,(Lembata)

106. Jack Lamurian, (Pati)

107. Sisprili, (Makasar)

108. Herry Abdi Gusti, (Bojonegoro)

109. Mita Katoyo, (Jakarta)

110. Aisyah Jamela, (Langkat)

111. Shon Sweets, (Candisari)

112. Fazri Ramadhanoe, (Medan)

113. Dormauli Justina, (Yogyakarta)

114. Sukma Putra Permana, (Bantul)

115. Siti Ratna Sari,(Tanjung Radeb)

116. Wanto Tirta, (Banyumas)

117. Barokah Nawawi, (Purworejo)

118. I Made Suantha, (Gianyar)

119. Sutarso, (Sorong)

120. Aslam Kussantyo, (Kendal) 

121. Rosmita ,S.Pd, (Jambi)

122. Agustav Triono, (Purbalingga)

123. Nok Ir, (Sumenep)

124. Wahyu Nurhalim,(Riau)

125.Rasuna, (Kandangan)

126. Moh Shadam Taqiyyuddin Azka,(Pati)


Senin, 10 Juni 2019

8 Puisi Giilang Teguh Pambudi yang Ditolak dalam Antologi Pesisiran

TIDAK ADA DI PESISIRAN
-----

8 puisi ini adalah puisi saya yang tertolak dari antologi Pesisiran, Komunitas Dari Negri Poci, 2019. Tetapi saya merasa puisi-puisi ini tetap harus terbang sukacita dan bekerja dari alamatnya. Untuk itu saya sosialisasikan dengan judul yang saya harapkan menarik minat apresiasi puisi. Selamat menikmati dengan damai dan dalam ritual jual-beli kegelisahan.

1
MENGGEMA GEMURUH

dari dalam kerumunan manusia, seperti sedunia
aku melompat seperti dari lingkaran
menuju halal pasir yang lain
sebab ada yang keblinger mengutuki rumah Allah
mulutku melantunkan huruf terakhir dari Muhammad
"Dal! Dal! Dal!" Tubuhku mental-mental
ombak-ombak kewarasan, selalu kewajaran
ubun-ubun kontruksi pembangunan
keselamatan, keadilan dan kesejahteraan
----- politik, ekonomi, hukum, sosial, pendidikan,
pariwisata, pertahanan keamanan, pancasila, tata kota,
lingkungan hidup, pertanian, kesehatan, dan semuanya ------
kau bilang rambutku dijambak angin
kubilang rambutku membelai langit
"Nun! Nun! Nun!" Aku teringat puisi pendek Indonesia:
'dalam bahasa
nun mati
artinya hidup!'
kurengkuh pasir, kueja, plastik-plastik telah merenggut indahnya
ada juga kondom sisa penyelundub semalam
yang masih hangat dan kejam
pecahan botol minuman keras
juga uang recehan wangi nelayan, jelas tidak bau korupsi
gerombolan teater itu mengejarku, laron jinak mengerubungi
"Nang ning! Nang ning!" Dari mulutnya gemerincing
wajah-wajahnya penuh tanya, apa gerangan yang aku dapat?
padahal jawabannya ada pada suaranya
"Kemenangan adalah hening. Ketenangan adalah bening.
Keberadaannya seihlas cinta"
tiba-tiba menjadi gerombolan tawon, pantai menggema gemuruh
'Nang ning gung! Nang ning gung!"
semua meremas-remas pasir,
memisahkan sampah-sampah, dimasukkan karung
"Nang ning nung! Nang ning nung"
ombak di sana menggulung, kecamuk di sini menggunung
berulang-ulang meneriakkan Sajak Akhir Zaman,
"akulah Muhammad
dan akulah Isa
yang membenarkan".

Kemayoran, 2018
------

2
SEPERTI NYI RORO

seperti Nyi Roro
seperti yang banyak digambarkan
gaunnya hijau sensual
basah air kilau laut saat asmara
cantik yang lepas
tapi kutemui ia suatu ketika
di permukaan samudra menjelang senja
tak ada tanda-tanda pernah bunuh diri
ia bicara dalam nada permisi
berpesan seperti mengantarkan
bibirnya merah merekah
mendekatkan
berkalimat baik-baik saja
bertanya keluarga juga negara
anak ke berapa kelas berapa?
bertanya harga-harga pasar
dan musim apa di gunung?
bertanya upah para pekerja
juga seberapa padat jalan raya?
mungkin itu sebabnya dibilang Ratu
sebab pertanyaannya menguasai jawaban
lalu ia masuk kembali ke dalam laut
tanpa tabung oksigen
tanpa apa-apa
siapa sangka?

Kemayoran, 2018
-------

3
SATRIO PININGIT 2

tubuh batu yang berjantung air
sebab bumi menengadah menampung hujan
berkah yang tinggi
tentu dalam cinta dan rasa manusia
sebab gunung-gunung sudah pasrah
tak mau mengalahkan tinggi
kemuliaan menjadi mahal
hanya milik para pemenang
di mana imam?
di mana imam?
ia cahaya selengkung bumi yang kau sebut Mahdi
atau apapun mulianya
ia ilmu
ia tinggi
bahkan sunyi laut telah memanggilnya
kedalaman yang tidak bisa diukur
sebab ia mengangkat nama, Rosul akhir zaman
mengawal terbit dan tenggelam matahari, matahati
menemani nyanyian burung pada batu
pada kayu
dan sejarah kota-kota juga menyerah
tak bisa sembunyi dari namanya
gemilang peradaban
yang membuat anak-anak riang
dijanjikan ketemu Tuhan Yang Maha Penyayang
ia menemui dan ditemui
sampai Allah berkata, "Ya! Waktunya tiba.
Damai sejahtera. Damai sejahtera.
Samudra berubah air sorga
merembesi takdir suci batu-batu".
siapa di depan?
semua terdepan!
maka diam batu
rindu yang tahu
semedi jadi
doa peristiwa
wangi yang lembut menyudahi luasnya angin

Kemayoran, 2018
------

4
MANUSIA SEPERTIGA MALAM TERAKHIR

setelah membagi Romadon
menjadi tiga
yang seperti puzzle
disusun berabad-abad
aku selalu menggenggam cahaya
melintasi tiga perjalanan
yang berakhir di atas sajadah
pada sepertiga malam terakhir
seperi minum zamzam abadi
aku mengambilnya
meneguknya
dan berakhir pada rasa syukur
karena selalu menikmati yang diminta:
setelah melewati syariat dengan tarikatnya
mendapati cahaya hakekat
berdiam di makrifatullah

setelah gagal membagi Romadon
menjadi tiga
yang seperti pekerjaan rumah
sepanjang sejarah manusia
aku selalu menggenggam cahaya
melintasi satu perjalanan saja
di dalam selengkap sunah Nabi
yang disebut perjalanan
sepertiga malam terakhir
seperi minum air surgawi
aku menikmati syukur tak berkesudahan
karena semua telah Allah sempurnakan:
setelah makrifatullah
menjalani kesiap-siagaan yang ihlas
dalam ukuran-ukurannya
menjadi rahmat bagi diri
bagi kehidupan manusia
dan alam raya

Kemayoran, 2018
-----

5
TARIAN LUKA BAWAH TANAH

bukan, bukan persiapan menunggu
perang nuklir atau senjata kimia
atau senjata biologi
bukan, bukan karena senjata sudah diarahkan
nuklir dan senjata kimia sudah diposisikan
bahkan senjata biologi tinggal ditebarkan
tapi, dalam jurus-jurus silat
kita mengendus dari bawah tanah
proses pembunuhan sudah dimulai
meskipun tidak selalu menguburkan nyawa
ritual penyiksaan sudah dijalankan
meskipun atas nama kemanusiaan dan kesejahteraan
orang-orang sudah diracun
oleh teori-teori kebusukan yang dibalut keindahan
virus-virus jahat menguasai darah
setelah disuntikkan dan disemprotkan oleh semangat kekebalan
dan kita membacanya dari bawah tanah
dalam bahasa suci mata air kehidupan
menggeliat menciptakan kekuatan
terus memperkuat pertahanan dan perlawanan
mendidik api di batu-batu pengajian
menarik dan mengendalikan angin diam-diam
lalu sejak kapan kau lupa
menyebut gerakan bawah tanah telah berakhir?
ok! kau cuma butuh menyebut,
ini tarian pagi cahaya
tarian senja mempesona
tarian malam telanjang
kali ini bukan soal menumbangkan kekuasaan
tetapi menghadapi para penumpang gelap kekuasaan
bukan melawan negara
tetapi menghadapi penghancur bangsa dan negara
bukan menghancurkan ideologi
tetapi membuka mata kemanusiaan dan keadilan
dan biarlah, kau mendengarnya seperti lembah longsor
dan guncangan gempa belaka
sebab begitulah tenaga yang menenggelamkan
diabaikan dan menakutkan

Kemayoran, 2018
------

6
PAGI YANG MENARI DI PANTAI

seorang tua mengelus janggutnya
di landai pantai
ombak-ombak diperas jemari tangannya
lalu dikibaskan ke udara
menjadi gelembung permainan
ia tidak perlu mencetak ketakutan
atau diam-diam bikin kekuasaan yang mengendalikan
ia hanya menembak jantung bintang
sehingga airmata hidup dan perlawanan
selalu dalam gelembung yang sama
warna-warni
strategi
pagi yang menari di pantai

Kemayoran, 2018
-------

7
POLITIK KEBUDAYAAN

ini politik kebudayaan
ada firman Allah
yang dimenangkan

Kemayoran, 2018
------

8
LAKI-LAKI LAGI MELAGU

"aku butuh ibu
cinta yang melahirkan cinta
sampai senja dipenuhi kenangannya
sebagai buku-buku
yang tak perlu ditiup debunya"

"aku butuh istri
jantung hati yang menjaga cinta
sampai kecemasan-kecemasan
diolahnya di dapur
menjadi hidangan kehangatan
keyakinan
dan kesabaran"

"aku butuh perempuan
kalimat Tuhan pembakar cinta
sampai seluruh pertemuan
di hati
di halaman istana
di jarak yang dipanggungkan
adalah pembicaraan mesra
keadilan dan kemanusiaan"

"aku butuh ratu
baiat langit kepada kebangkitan bumi
sampai kutitipkan kelaki-lakianku
pada peradaban yang diciptakan
sehingga kau kawini
keagungan dan kesetiaan"

"aku butuh anak gadis
umur cinta yang dirindukan cinta
sampai seluruh kekuasaan masa depan
adalah ladang tanaman
keberkahan"

Kemayoran, 2018



Gilang Teguh Pambudi, adalah penyair yang tercatat di beberapa buku antologi puisi sebagai Penyair Kendal, Penyair Sukabumi, Penyair Bandung, Penyair Purwakarta dan Penyair Jakarta. Hal itu karena sejak tahun 1992 bekerja berpindah-pindah dan selalu berganti KTP setempat sebagai Orang Radio Indonesia. Selama lebih dari 20 tahun selain menjadi penyiar, jurnalis, dan manajer radio, juga membawakan acara khusus Apresiasi Senibudaya. Aktif memperkenalkan Komunitas Aula Radio yang menggelar aksi, lomba, serta latihan berbagai kesenian. Termasuk teater, drama radio, gambar dan sastra. Juga membina dan menemani berbagai komunitas seni melalui yayasan Seni Cannadrama. Menulis sejak SMP, tetapi baru dimuat koran sejak kelas 1 SMA/SPGN.


Minggu, 09 Juni 2019

Tadarus Ramadhan III 1440 H Lumbung Puisi sastrawan Indonesia Berbagi Kebahagiaan

Penyair :

1.Firman Wally kelahiran Tahoku, 03 April 1995. Puisi-puisinya sudah termuat di berbagai antologi bersama. Tergabung dalam komunitas "Alenea Baru dan Kintal Sapanggal".

2.Sugeng Joko Utomo,  Guru mapel Fisika dan Rekayasa Perangkat Lunak di SMK TI Riyadul Ulum Cibalong Tasikmalaya. Dan guru mapel Biologi di SMA BoardingSchool Bina Insan Mandiri Bantarkalong Tasikmalaya. Pencetus dan admin grup penulis sastra Kebumen di FB, "Prosa Kita Puisi Kita". Rajin menulis puisi bertema jatuh cinta dan patah hati dan geguritan Jawa Ngapak. Sedang menunggu sponsor untuk menerbitkan lebih dari 200 puisinya dalam 2 buku kumpulan puisi. Asal dari Gombong tinggal di Tasikmalaya. Sekarang juga tengah bergiat di Lingkar Sastra Gombong (LISONG)
3.Moh Zaini Ratuloli (zaeniboli)
Tempat tgl lahir: Flores,29-08-1982
No tlp 081380724588
Belajar membaca puisi sejak 1989 ,belajar menulis puisi sejak 2002 biasa menulis dihalaman facebook ,tapi beberapa karyanya juga pernah ikut di Antologi Puisi menolak korupsi (Jilid 2b dan jilid 4),Memandang Bekasi 2015,Sakarepmu 2015,Capruk Soul jilid 2,Antologi Puisi Klukung 2016,Memo Anti  Kekerasan terhadap  anak,Lumbung Puisi jiid 5 “Rasa Sejati”(antologi) 2017  dan Koran maupun bulletin lokal di Bekasi .sejak 2013 –sekarang tergabung dalam komunitas Sastra Kalimalang(Bekasi) .
Juga aktif bergiat di literasi dan teater.

4.Agustav Triono Lahir di Banyumas, 26 Agustus 1980 Bergiat di Teater Tubuh Purwokerto, Komunitas Teater dan Sastra Perwira (KATASAPA) Purbalingga, komunitas Pena Mas Banyumas, komunitas HTKP Purwokerto dan Majalah ANCAS. Menulis puisi, cerpen, dan naskah drama. Karya-karyanya pernah termuat di beberapa media massa dan dibuku antologi.


5.Agus Mursalin, lahir bukan di bulan Agustus, tahun 1971. Lulus IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 1998, Koordinator Pendamping Desa Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Bergiat sastra di LISONG (Lingkar Sastra Gombong). Tinggal di Murtirejo Kebumen.
6.Muhammad Lefand, penulis yang lahir di Sumenep Madura dengan nama Muhammad, sekarang tinggal di Ledokombo Jember. Adalah seorang perantauan yang senang menulis puisi. Lulusan MA An-Nawari Seratengah Bluto Sumenep dan Universitas Islam Jember. Naskah puisinya pernah menjadi juara 3 pada Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan PUSKURBUK Kemendikbud. Biografinya dimuat di buku “Enseklopedi Penulis Indonesia” (FAM Publishing: 2014). Sering mengikuti pertemuan sastra baik tingkat nasional maupun Internasional di antaranya: Temu Penyair Asia Tenggara di Cilegon dan Singapura. Antologi puisi tunggalnya yang terbaru berjudul “Jangan Panggil Aku Penyair” (2015) “Khotbah Renungan tak Utuh Jarak dan Jagung”(2016).

7.Pensil Kajoe, lahir di Banyumas, 27 Januari 1983. Beberapa tulisannya baik cerpen atau puisi pernah dimuat di berbagai koran lokal dan regional. Selain itu puisi-puisinya juga sudah dibukukan menjadi 11 antologi tunggal dan 11 antologi bersama. Saat ini laki-laki berkacamat minus ini menjadi penjaga gawang rubric Banyumasan di Majalah berbahasa jawa, Djaka Lodang, Yogyakarta.

8. Gilang Teguh Pambudi, lahir di Curug Sewu, Kendal, Jawa Tengah. Tetapi sejak usia anak-anak sudah domisili di Sukabumi, Jawa Barat. Lalu setelah meninggalkan bangku mengajar di kelas, sebagai Orang Radio Indonesia pindah ke Bandung, Purwakarta, dan Jakarta. Penyair yang jurnalis radio di LPS PRSSNI Jawa Barat dan beberapa radio ini juga dikenal sebagai narasumber acara Apresiasi Seni dan Apresiasi Sastra di radio-radio. Menulis di koran sejak kelas 1 SMA/SPG. Puisi-puisinya telah terbit dalam beberapa buku, baik dalam antologi bersama maupun antologi sendiri. Selain aktif sebagai penyelenggara berbagai event seni, juga aktif membina Komunitas Seni Aula Radio, Yayasan Seni Cannadrama, Wisata Sastra, Teater, dan Sanggar Gambar Minggu Anak Berwarna. Putra dari alm. Soetoyo Madyo Saputro yang biasa menyebut dirinya Orang Hutan atau Wong Alas karena bekerja di perkebunan kopi dan cengkeh (Kendal-Sukabumi), dan aktivis dakwah DDII Pusat, Ustajah Hj. Dra. Siti Djalaliyah (Jogja-Jakarta). Ayah dari Nurulita Canna Pambudi (Lita, yang dua kali juara lomba puisi Kuntum Mekar Surat Kabar Pikiran Rakyat) dan Findra Adirama Pambudi (Kevin), buah cintanya dengan Wihelmina Mangkang, wanita Bandung asal Manado. Data diri kepenyairannya juga bisa dibaca dalam buku Apa Dan Siapa Penyair Indonesia yang diterbitkan oleh Yayasan Hari Puisi Indonesia.

9.Anisah, penyair ini lahir 19 Agustus. Pendidikan, SDN Ngrajek, Magelang, MTsN Borobudur, MAN 2 Yogyakarta, IKIP Yogyakarta, UII Yogyakarta. Menulis laporan dan berita di Majalah Rindang(2009 - 2010) menulis puisi di buku antologi Di Titik Nol(2009).

10.Dyah Setyawati (Tegal)

11.Winar Ramelan lahir di Malang 05 Juni, kini tinggal di Denpasar. Menulis kumpulan puisi tunggal dengan judul Narasi Sepasang Kaos Kaki. Puisinya pernah di muat harian Denpost, Bali Post, majalah Wartam, Dinamikanews, Tribun Bali, Pos Bali, konfrontasi.com, Sayap Kata, Dinding Aksara, detakpekanbaru.com. Kompasiana, Flores Sastra, Antologi bersama Palagan, Untuk Jantung Perempuan, Melankolia Surat Kematian, Klungkung Tanah Tua Tanah Cinta, Tifa Nusantara 3, Puisi Kopi Penyair Dunia, Pengantin Langit 3, Seberkas Cinta, Madah Merdu Kamadhatu, Lebih Baik Putih Tulang Dari Pada Putih Mata, Progo Temanggung Dalam Puisi, Rasa Sejati Lumbung Puisi, Perempuan Pemburu Cahaya, Mengunyah Geram Seratus Puisi Melawan Korupsi, Jejak Air Mata Dari Sittwe ke Kuala Langsa, Senja Bersastra di Malioboro, Meratus Hutan Hujan Tropis, Ketika Kata Berlipat Makna,Tulisan Tangan Penyair Satrio Piningit.

12.Muhammad Bayu Aji Anwari, penyair dan pengasuh pondok pesantren tinggal di Semarang. Ka. biro teknis di Forum kajian Suluk Cengkir Semarangan. Full timer di YAISNA (Yayasan Islam Nurril Anwar) Semarang. Volounter di Jagong Ndalu Institut. Karyanya banyak dimuat di antologi bersama regional atau pun nasional.

13.Wanto Tirta, Lahir dan besar di Desa Kracak Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Orang biasa saja, mengalir sampai jauh,... Menulis puisi maupun geguritan.
Menerima penghargaan bidang sastra dari Pemkab Banyumas (2015). Penerima Nomine penghargaan Prasidatama Balai Bahasa Jawa Tengah, sebagai Tokoh Penggiat Bahasa dan Sastra Jawa (2017). Bermain teater dan Kethoprak. Bergiat di Komunitas Orang Pinggiran Indonesia (KOPI), teater Gethek, Paguyuban Kethoprak Kusuma Laras

14.Sarwo Darmono, lahir , Magetan 27 Oktober 1963 Pekerjaan Penyiar Radio. Dikenal sebagai penyair yang menulis geguritan, Puisinya mengisi Lumbung Puisi Jilid VI, Penebar Pustaka 2018,Sedekah Puisi Tadarus Puisi 2, Penebar Pustaka

15.Heru Mugiarso, lahir di Purwodadi Grobogan, 2 Juni 1961. Menulis puisi sejak masih duduk di bangku SMP.  Karya-karya berupa puisi, esai dan cerpen serta artikel di muat di berbagai media lokal dan nasional. Sekitar hampir tujuh puluhan  judul buku  memuat karya-karyanya.Penghargaan yang diperoleh adalah Komunitas Sastra Indonesia Award 2003 sebagai penyair terbaik tahun 2003 Namanya tercantum dalam buku Apa dan Siapa Penyair Indonesia (2017.) Pegiat gerakan sekaligus inisiator Puisi  Menolak Korupsi ( 2013 - ). Membacakan karyanya di berbagai kota seperti : Tanjung Pinang, Jakarta, Bandung, Jogyakarta, ,Malang, Tegal, Banyuwangi, Kupang. Aktif sebagai nara sumber acara sastra pada program Bianglala sastra Semarang TV. Juga, Pembina Komunitas Lentera Sastra mahasiswa jurusan Bimbingan Konseling Unnes.

16. Siti Khodijah Nasution (Jakarta)

17.Suyitno Ethex, Lahir di Mojokerto, belajar menulis secara otdidak, puisi, cerpen da esainya tersebar di media masa regional dan nasional, mengisi berbagai antologi bersama nasional seperti, Puisi Menolak Korupsi, Lumbug Puisi , Tifa Nusantara , dan lain-lain, Aktif di Dewan Kesenia Mojokerto

18.Syahriannur Khaidir, lahir di Sampit tanggal 26/09/1975 Provinsi Kalimantan Tengah, mengenyam pendidikan terakhir di Universitas Islam Malang, lulus 1999. Menulis puisi baginya merupakan proses pembelajaran secara kontinyu dalam upaya menuangkan ide kreatif dan imajinatif, Di samping menulis,  aktivitas sehari-hari sebagai tenaga pengajar di SMKN 1. Karyanya dimuat dalam antologi bersama:- Antologi Puisi Membaca Kartini oleh : Komunitas Joebawi 2016,- Antologi Arus Puisi Sungai oleh : Tuas Media, April 2016,- Antologi Puisi Peduli Hutan oleh : Tuas Media, Agustus 2016,- Antologi Puisi Rasa Sejati oleh : Lumbung Puisi Jilid V 2017 Penebar Media Pustaka - Antologi Puisi Kita Dijajah Lagi oleh : Lumbung Puisi/HMGM/Penebar Media Pustaka 2017, - Antologi Puisi Tadarus Puisi oleh : Lumbung Puisi/ Penebar Media Pustaka 2017,- Antologi Puisi Indonesia Masih ada Bulan yang akan Menyinari oleh : D3M KAIL 2017, - Kumpulan Puisi Mencari Ikan Sampai Papua oleh : Penebar Media Pustaka 2018.

19. Asro al Murthawy lahir di Temanggung 6 November. Aktif sebagai salah satu pegiat sastra provinsi Jambi, duduk sebagai Ketua Umum Dewan Kesenian Merangin Jambi. Buku puisinya antara lain : Sketsa (Sanggar Tapa, Jambi, 1990);  Pasang-pasang (Sanggar Tapa, Jambi, 1991); Lagu Bocah Kubu(Imaji, tanpa tahun); Obsesi Gobang (Imaji,2001); Equalibrium Retak( Imaji, 2007) dan Syahadat Senggama (RKM 2016)). Satu dari belasan cerpennya termuat dalam Dari Kedondong Sampai Tauh (DKJ,1998), Suara Karya, Merdeka Minggu, Swadesi, Simponi dan Majalah Sastra Horison. 

20.Suhendi RI, kelahiran Bekasi, 25 September 1986. Penulis iseng yang menyukai  ias  underground. Puisi-puisinya tergabung dalam beberapa buku antologi juga termuat diberbagai media. PODIUM (2015) kumpulan buku puisi tunggalnya.


21.Cuk Ardi (Indramayu)

22.FAHMI WAHID, lahir di Barabai pada 03 Agustus 1964. Antologi Puisi Tunggalnya: Suara Orang Pedalaman (2016) dan Perjalanan Debu (2018) dan karyanya termaktub dalam antologi bersama. Biodatanya tergabung dalam Apa dan Siapa Penyair Indonesia (ASPI 2017).

23.Rg Bagus Warsono, nama lainnya Agus Warsono lahir di Tegal 29 Agustus 1965. Ia dibesarkan dalam keluarga pendidik yang dekat dengan lingkungan buku dan membaca. Ayahnya bernama Rg Yoesoef Soegiono seorang guru di Tegal, Jawa Tengah. Rg Bagus warsono menikah dengan Rofiah Ross pada bulan Desember 1993. Dari pernikahan itu ia dikaruniai 2 orang anak. Ia mulai sekolah dasarnya di SDN Sindang II Indramayu dan tamat 1979, masuk SMP III Indramayu tamat tahun 1982, melanjutkan di SPGN Indramayu dan tamat 1985. Lalu ia melanjutkan kuliah di D2 UT UPBBJJ Bandung dan tamat tahun 1998, Kemudian kuliah di STAI di Salahuddin Jakarta dan tamat 2014 , pada tahun 2011 tamat S2 di STIA Jakarta. Setelah tamat SPG, Rg Bagus Warsono menjadi guru sekolah dasar, kemudian pada tahun 2004 menjadi kepala sekolah dasar, dan kemudian 2015 pengawas sekolah. Tahun 1992 menjadi koresponden di beberapa media pendidikan seperti Gentra Pramuka, Mingguan Pelajar dan rakyat Post. Pada 1999 mendirikan Himpunan Masyarakat Gemar Membaca di Indramayu. Menjadi anggota PWI Jawa Barat. Rg Bagus Warsomo juga menulis di berbagai surat kabar regional dan nasional seperti PR Edisi Cirebon, Pikiran rakyat, Suara karya dan berbagai majalah pendidikan regional maupun nasional,

23.Fatiha Vidya Islami. lahir di Bangko 27 Mei 2001. Baru saja menyelesaikan pendidikan SMU nya. Berkali-kali memenangkan lomba cipta puisi dan lomba baca puisi FL2SN tingkat Kabupaten Merangin.  Tinggal di Bangko Jambi.

25.Yono DL   Lahir di Bantul, Jogjakarta 26 Januari.  Beberapa puisinya juga tergabung dalam antologi bersama diantaranya:  Lacak Kenduri (SSIB 2015), Puisi Menolak Korupsi 4 (Forum Sastra Surakarta, 2015), Pendaras Risau (RKM-SSIB, 2015) serta Memo Anti Terorisme ( Forum Sastra Surakarta, 2016)

26.Abay Viezcanzello. Nama pena dari Ahmad Subairi. Santri PP. Annuqayah Lubangsa dan Siswa SMA 1 Annuqayah asal Matanair Rubaru Sumenep yang menyukai Puisi sejak bergabung di Komunitas Ngaji Puisi. Buku Puisinya : Mengikat Tali Harapan (JSI:2019) .  juga termasuk penikmat kopi Kantin Barokah Bersama salah satu sahabatnya yaitu Zen KR Halil.

27.M. Sapto Yuwono, lahir.  49 tahun yang lalu, tinggal.di Muara Bungo, Jambi.

28.Syaiful B. Harun nama lainnya  Arie Png Adadua lahir di Palembang,16-06-1967 yang kini berdomisili di Palembang. Berprofesi sebagai salah seorang guru di Ma’had Al Islamiy Aqulu-el Muqoffa. Semasa kuliah telah tertarik pada puisi, terlebih sejak menjuarai “Lomba Cipta Puisi Provinsi Bengkulu”, dalam rangka memperingati Penyair Chairil Anwar pada tahun 1996. Buku yang pernah diterbitkan berupa kumpulan puisi tunggal Nyanyian Cerita Fajar (Palembang, 2004) dan buku teks Apresiasi dan Menulis Puisi (Palembang, 2018), serta beberapa buku antologi puisi, yaitu “Gerhana” Memperingati Peristiwa Gerhana Matahari Total di Sebagian Wilayah Indonesia – Rabu, 9 Maret 2016 (Jakarta, 2016), Celoteh di Bawah Bendera (2018), Nyanyian Sang Bayu (2018), Segenggam Kenangan Masa Lalu (2018), Marhaban ya Ramadhan (2018), Lumbung Puisi VI, Indonesia Lucu (2018), Antologi Puisi Perempuan “Rembulan Bermata Intan” (2018), Musafir Ilmu (2018), Kata Mutiara Pendidikan (2018), Sedekah Puisi (2018), Antologi Puisi Tulisan Tangan – Satria Piningit (2018), Puisi Mblekethek (2018), dan Antologi 6 Penyair Grup ASM “Dari Malam Sunyi Sampai Aku Sudah Tiada” (2019).

29. Lela Hayati lahir,  di Surakarta, 03 Desember 1972 Tinggal di Jl Bojong Koneng 131 Cikutra - Bandung. Lela H adalah hanya perempuan biasa yang menyukai merangkai kata yang ada unsur seni sastranya. Sekarang aktif di beberapa grup sastra di dunia maya.Puisinya disertakan dalam antologi bersama Lumbung Puisi Sastrawan VII  .

31.Sukma Putra Permana, lahir di Jakarta, 3 Februari 1971. Berproses kreatif di Komunitas Belajar Menulis (KBM) Yogyakarta. Beberapa buku antologi terbaru yang memuat karya-karyanya, antara lain: Negeri Bahari (2018), Satrio Piningit (2018), dan Mblekethek (2019).

32.Barokah, lahir di Tremas Pacitan 18-08-1954.
Bekerja di PT Telkom sejak th 1974 dan mengajukan pensiun dini th 2002. Antologi puisi tunggalnya Bunga bunga Semak - Pustaka Haikuku 2017. Antologi puisi bersama : Sedekah Puisi - Lumbung Puisi 2018, Satrio Piningit - Lumbung Puisi 2018, Negeri di Atas Awan - Rose book 2018. Penyair ini tinggal di Semarang.

33.Iwan Bonick, Penyair yang sehari-harinya Pedagang barang bekas di kampung Teluk Angsan Bekasi. Menulis di banyak Antologi Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, diantaranya antologi tulisan tangan penyair Satrio Piningit,  Bersama 8 Penyair menulis antologi Mencari Ikan Sampai Papua 2018, Mbleketek 2019.

34.Puisi Zen KR. Halil  (Sumenep)

35.Sri Sunarti,M.Pd.,Lahir di Indramayu, 24 Mei 1965, Alumni Pascasarjana UPI Bandung. Mengikuti antologi bersama : Antologi Puisi Resital dari Negeri Minyak , (Dewan Kesenian Indramayu DKI, 2001), Perempuan di Persimpangan,(DKI,2003),Romantisme Negeri Minyak (DKI-Formasi,2013}, Cimanuk,Ketika Burung-burung Kini Telah Pergi, Antologi Puisi 100 Penyair Nusantara,(Lovz Rinz Publishing, Cirebon,2016), Tadarus Puisi, Penyair Indonesia Modern, Antologi Bersama, (CV Media Pustaka,Yogyakarta,2017) ,Negeriku Terjajah (CV Media Pustaka,Yogyakarta,2017), Menebar Karakter Sampai Papua. Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (CV Mediaguru, Surabaya,2017).
Cerita pendeknya terdapat di Maaf Buku Ini Aku Simpan , Kumpulan Cerpen Guru Penulis Sagusabu (Ciayumajakuning,Yayasan Pelita Parahiyangan Goebok Senja Poestaka, Bandung,2018). Antologi Cerpen Matahari Retak di Atas Cimanuk (DKI,2010),
Menulis Karya ilmiah di Kumpulan Karya Ilmiah Riksa Bahasa II, Penyandingan Bangsa melalui Pengajaran Bahasa bagi Penutur Asing (Rizqi Press, Bandung,2010).

36.Riswo Mulyadi, lahir dengan nama Riswo anak seorang petani bernama Mulyadi yang lahir di Banyumas tanggal 06 Juli 1968, mulai aktif menulis puisi tahun 2012.
Beberapa puisinya terhimpun dalam beberapa antologi bersama : Mendaras Cahaya (2014), Jalan Terjal Berliku Menuju-Mu (2014), Nayanyian Kafilah (2014), Memo Untuk Presiden (2014), Metamorfosis (2014). 1000 Haiku Indonesia (2015), Beberapa puisinya dalam bahasa Jawa dialek Banyumasan (geguritan) beberapa kali dimuat di Majalah Ancas Banyumas. Kini tinggal di Desa Cihonje Kecamatan Gumelar, pinggiran Barat kabupaten Banyumas Jawa Tengah.

37.Kaliktus Ure Maran, lahir di bumi lamaholot (Flores Timur), Waiklibang 17 Februari 1999, saat ini kuliah di IKTL Waibalun semester II.

38.Sami’an Adib, lahir di Bangkalan tanggal 15 Agustus 1971. Alumni Fakultas Sastra Unej. Karya-karya tersebar di beberapa media massa. Antologi puisi bersama antara lain: Requiem Buat Gaza (Gempita Biostory, Medan, 2013), Ziarah Batin (Javakarsa Media, Jogjakarta, 2013), Cinta Rindu dan Kematian (Coretan Dinding Kita, Jakarta, 2013), Ensiklopegila Koruptor, Puisi Menolak Korupsi 4 (Forum Sastra Surakarta, 2015), Kata Cookies pada Musim (Rumah Budaya Kalimasada Blitar, 2015), Merupa Tanah di Ujung Timur Jawa (Universitas Jember, Jember, 2015), Kalimantan Rinduku yang Abadi (Disbudparpora Kota Banjarbaru-Dewan Kesenian Kota Banjarbaru, 2015), Lumbung Puisi IV: Margasatwa Indonesia (2016), Memo Anti Kekerasan terhadap Anak (Forum Sastra Surakarta, 2016), Ije Jela Tifa Nusantara 3 (2016), Requiem Tiada Henti (Dema IAIN Purwokerto, 2017),  Negeri Awan (DNP 7, 2017),  Lumbung Puisi V: Rasa Sejati (2017), PMK 6 (2017), Lebih Baik Putih Tulang daripada Putih Mata (2017),  Menderas Sampai Siak (2017), Timur Jawa: Balada Tanah Takat (2017), Hikayat Secangkir Robusta (Krakatau Awards 2017), Perjalanan Sunyi (Jurnal Poetry Prairie 2017), Negeri Bahari (DNP 8, 2018), Lumbung Puisi VI:Indonesia Lucu (2018), Kepada Toean Dekker (2018).. Aktivitas sekarang sebagai tenaga pendidik di sebuah Madrasah di Jember.

39.Arya Setra, penyair sekaliguis seniman ini telah menulis di beberapa antologi bersama nasional dan tingal di Pasar Seni Jakarta. Puisi–puisinya terdokumenytasi dalam Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia. Menulis di antologi Tulisan Tangan Penyair Satrio Piningit 2018, Mblekethek 2019.
40.Mim A. Mursyid, santri pecinta seni kelahiran Pulau Sapudi, Sumenep. Menulis Puisi sejak 2014, karyanya ada di beberapa media. Bergiat di Komunitas Dhamar, Lingkar Puisi Taneyan Lanjheng, Sanggar Wiro Sapudi, PERSI dan Komunitas Ngaji Puisi.

41.Supianoor, dilahirkan di Kusan Hulu, Kab. Tanah Bumbu Kalimantan Selatan. Mengenyam pendidikan SD dan SMP di tanah kelahiran, kemudian melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri Pagatan, Kec. Kusan Hilir. Dalam Perjalanan Hidup, pernah mengajar di berbagai sekolah, baik negeri maupun swasta. Mulai mengabdi sebagai PNS pada tahun 2013. Sekarang dipercaya sebagai Kepala SMPN 4 Kusan Hulu, Kab. Tanah Bumbu. Puisinya terdapat dalam Antologi bersama Buitenzorg, Bogor Dalam Puisi Penyair Indonesia.


Tadarus Ramadhan III 1440 H Lumbung Puisi sastrawan Indonesia Berbagi Kebahagiaan

Penyair :

1.Firman Wally (Tahoku, Ambon)
2.Sugeng Joko Utomo (Tasikmalaya)
3.Zaeni Boli  (Flores)
4.Agustav Triono (Banyumas)
5.Agus Mursalin (Murtirejo)
6.Muhammad Lefand (Jember)
7.Pensil Kajoe (banyumas)
8.Gilang Teguh Pambudi (Jakarta)
9.Anisah (Magelang)
10.Dyah Setyawati (Tegal)
11. Winar Ramelan (Jakarta)
12. Bayu Ahi Anwari  (Semarang)
13. Wanto Tirta (Banyumas)
14.Sarwo Darmono  (Lumajang)
15. Heru Mugiarso (Semarang)
16. Siti Khodijah Nasution (Jakarta)
17.Suyitno Ethex (Mojokerto)
18.Syahriannur Khaidir (Cikarang)
19.Asro al Murthawy (Bangko)
20.Suhendi RI (banjarnegara)
21.Cuk Ardi (Indramayu)
22.Fahmi Wahid (Barabai)
23. Rg Bagus Warsono (Indramayu)
24.Fatiha Vi (Bangko)
25.Yono  DL (Bangko)
26. Abay Viezcanzello (Sumenep)
27.M sapto Yuwono (Muaro Bungo)
28.Syaiful B. Harun (Palembang)
29.Lela Hayati (Bandung)
30. Muhammad Jayadi (Balangan)
31.Sukma Putra Permana (Jakarta)
32.Barokah Nawawi (Semarang)
33.Iwan Bonick (Bekasi)
34.Puisi Zen KR. Halil  (Sumenep)
35.Sri Sunarti (Indramayu)
36. Riswo Mulyadi (Banyumas)
37. Kaliktus Ure Maran (Flores Timur)
38.Sami'an Adib (Jember)
39.Arya Setra (Jakarta)
40.Mim A. Mursyid (Sumenep)
41.Supianoor (Tanah Bumbu)




Kamis, 29 November 2018

Mblekethek Antologi Terjelek Sepanjang Sejarah Sastra Indonesia

Pancen Zaman Mbleketek

Mbleketek memang, tentu bukan benang ruwed. Mungkin alam ini menghendaki demikian, tak semata 'apa boleh buat, buktinya tetep ditelan juga. Bahkan ada yang menari seperti udang dalam bubur-udang. Dicari kemana daging udang itu dalam panci bubur-udang, tetep tidak ketemu. Ternyata penjualnya bilang, udangnya tak akan ketemu karena udangnya digerus dengan sambal ! Ah, bisa-bisa saja penjual bubur-udang itu berkelit. Tetapi ketika ahli kuminer mencicipi masakan itu, katanya, ada udang dalam bubur-udang.
Katanya, " Enak jamanku ya Bro?". Tentu bukan untuk yang sengsara di zaman ini, sebab yang sengsara jaman doeloe juga bukan main banyaknya. Anehnya yang kecukupan dan berkah di zaman ini bilang "Enak jamanku doeloe", kan aneh?
Ya sudah, wong maunya ngomong begitu biarin. Esok harinya kedapatan orang yang bilang enak dijaman doeloe itu membeli mobil baru (buktinya juga banyak, di jalan mobil baru banyak dipakai) , padahal di zaman doeloe boro-boro orang beli mobil, pit onthel saja gak kebeli. Lhoh? Macam mana pula ini orang?. Itulah Indonesia.
Lucunya lagi ada penyair yang dapat duit besar karena "disumpel cangkeme pakai segepok atusan ewu, dihujat teman-temannya. ada yang bilang munafik, 'gembel babu, 'carmuk, sampai kethek nemoni mulud. Suatu saat giliran dirinya dipanggil untuk disumpel bacotnya. Kemudian dia bilang katanya ini karena prestasi karya sastranya. Ndasmu "kunyuk pada karo aku jebule. Jangankan coca-cola, ubi mentah diiris-iris juga rebutan. seperti monyet di Plangon Cirebon.
Di dunia kepenyairan mblekethek juga terlihat. sampai-sampai orang lupa kritikus dan kurator. Tetapi tanpa dikritik juga penyairnya bisa terkenal. Doeloe untuk menjadi terkenal karyanya dihantam kritik dan dibicarakan banyak orang, sekarang lain. Untuk menjadi terkenal boleh dengan cara apa saja. Doeloe ada yang ngamen di mobil bus dengan baca puisi. Ada yang bilang, "belum masuk bui berarti belum terkenal"! ha ha ha ia sih.
Sekarang setiap kota punya penerbit, perkara buku laku apa tidak itu nomor dua. Bilang saja "best seller" padahal nyetaknyua cuma 10 eksemplar. Wah wak wah.
Pancen zaman blekethek sekarang ini!
(Rg. Bagus Warsono, Sastrawan tinggal di Indramayu)















Penyair Antologi Mblekethek

Penyair :

1.Rg Bagus Warsono, (Indramayu)
2.Winar Ramelan, (Denpasar)
3.Buanergis Muryono (Depok)
4.Yoseph Yoneta Motong Wuwur (Kupang)
5.Wardjito Soeharso (Semarang)
6.Aloysius Slamet Widodom (Jqkarta)
7.Edy Priyatna (Depok)
8.Pensil Kajoe
9.Nila Kesuma
10.H. Asril, (Indramayu)
11. Heru Mugiarso, (Semarang)
12. Raeditya Andung Susanto (Banyumas)
13.Sarwo Darmono (Lumajang)
14.Gilang Teguh Pambudi (Jakarta)
15.Sri Sunarti (Indramayu)
16.Nur Komar (Jepara)
17.Zaenni Bolli (Flores)
18.Arya Setra (Jakarta)
19.Uyan Andud (Kediri)
20.Sujudi Akbar Pamungkas (Kalteng)
21. I Ketut Aryawan Kenceng (Klungkung)
22. Leli Luyantri (Indramayu)
23. Mohammad Mukarom.
24. Edi Kuswantono
25. Firman Wally (Ambon)
26. Alkalani Muchtar (Kalimantan Selatan)
27. Ade Sri Hayati (Indramayu)
28. Raden Rita Maimunah (Padang)
29. Roymon Lemosol (Ambon)
30.Sukma Putra Permana (Jogyakarta)
31.Heru Marwata (Jogyakarta)
32.Alhendra Dy (Bangko Maringin Jambi)
33.Sami’an Adib (Jember)
34.Jen Kelana (Bangko, Jambi)
35. RB. Edi Pramono (Jogyakarta)
36.Carmad (Indramayu)
37.Barokah Nawawi (Semarang)
38. Muhamad Iskandar
39.Syaiful B. Harun (Banyuasin)
40.Muhammad Lefand (Jember)
41.Iwan Bonick (Bekasi)
42.Meinar Safari Yani (Klaten)
43Rai Sri Artini (Badung)
44.Wanto Tirta (Jakarta)
45.Gregorius Andi (Jogyakarta)
46.Muhammad Affip
47. Sri Budiyanti
48. Suyitno Ethex.