Sabtu, 20 Oktober 2018

"Penulis Prasasti Batu Tulis adalah seorang Sastrawan"

"Penulis Prasasti Batu Tulis adalah seorang Sastrawan"     Jika Anda ke Bogor disana terdapat Prasasti Batutulis yang terletak di Jalan Batutulis, Kelurahan Batutulis, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Kompleks Prasasti Batutulis memiliki luas 17 x 15 meter. Prasasti Batutulis dianggap terletak di situs ibu kota Pajajaran dan masih in situ, yakni masih terletak di lokasi aslinya dan menjadi nama desa lokasi situs ini.Batu Prasasti dan bendabenda lain peninggalan Kerajaan Sunda terdapat dalam komplek ini. Pada batu ini berukir kalimatkalimat dalam bahasa dan aksara Sunda Kuno. Prasasti ini berangka tahun 1455 Saka (1533 Masehi).     Anda di sana akan berfikir apakah prasasti yang memberi kesaksian itu ditulis seorang raja? Tentu tidak , Penulis prasasti itu tentulah seorang sastrawan.  Semoga selamat, ini tanda peringatan Prabu Ratu almarhum Dinobatkan dia dengan nama Prabu Guru Dewataprana, dinobatkan (lagi) dia dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata. Dialah yang membuat parit (pertahanan) Pakuan. Dia putera Rahiyang Dewa Niskala yang dipusarakan di Gunatiga, cucu Rahiyang Niskala Wastu Kancana yang dipusarakan ke Nusa Larang. Dialah yang membuat tanda peringatan berupa
viii

gunung-gunungan, membuat undakan untuk hutan Samida, membuat Sahiyang Telaga Rena Mahawijaya (dibuat) dalam (tahun) Saka "Panca Pandawa Mengemban Bumi"      Di Tempat lain yaitu di kawasan Kibuyutan Kawali, kabupaten Ciamis, Jawa Barat, terdapat juga prasasti tulisan tangan. Terdapat beberapa batu tulis pahatan sastrawan yang menoreh  sebagai tugu peringatan bahwa di Kawali pernah berdiri sebuah kerajaan Sunda dengan rajanya. Bahwa Prasasti Kawali I ini merupakan sakakala atau tugu peringatan untuk mengenang kejayaan Prabu Niskala Wastu Kancana, penguasa Sunda yang bertahta di Kawali, putra Prabu Linggabuana yang gugur di Bubat. Meskipun tidak berisi candrasangkala, prasasti ini diperkirakan berasal dari paruh kedua abad ke14 berdasarkan nama raja.     Berdasarkan perbandingan dengan peninggalan sejarah lainnya seperti naskah Carita Parahyangan dan Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara, dapat disimpulkan bahwa Prasasti Kawali I ini merupakan sakakala atau tugu peringatan untuk mengenang kejayaan Prabu Niskala Wastu Kancana, penguasa Sunda yang bertahta di Kawali.  “ Inilah jejak (tapak) (di) Kawali (dari) tapa dia Yang Mulia Prabu Raja Wastu (yang) mendirikan pertahanan (bertahta di) Kawali, yang telah memperindah kedaton Surawisesa, yang membuat parit pertahanan di sekeliling wilayah kerajaan, yang
ix

gunung
gunungan, membuat undakan untuk hutan Samida, membuat Sahiyang Telaga Rena Mahawijaya (dibuat) dalam (tahun) Saka "Panca Pandawa Mengemban Bumi"      Di Tempat lain yaitu di kawasan Kibuyutan Kawali, kabupaten Ciamis , Jawa Barat , terdapat juga prasasti tulisan tangan. Terdapat beberapa batu tulis pahatan sastrawan yang menoreh  sebagai tugu peringatan bahwa di Kawali pernah berdiri sebuah kerajaan Sunda dengan rajanya. Bahwa Prasasti Kawali I ini merupakan sakakala atau tugu peringatan untuk mengenang kejayaan Prabu Niskala Wastu Kancana , penguasa Sunda yang bertahta di Kawali, putra Prabu Linggabuana yang gugur di Bubat . Meskipun tidak berisi candrasangkala , prasasti ini diperkirakan berasal dari paruh kedua abad ke 14 berdasarkan nama raja .     Berdasarkan perbandingan dengan peninggalan sejarah lainnya seperti naskah Carita Parahya ngan dan Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara , dapat disimpulkan bahwa Prasasti Kawali I ini merupakan sakakala atau tugu perin gatan untuk mengenang kejayaan Prabu Niskala Wastu Kancana , penguasa Sunda yang bertahta di Kawali .  “ Inilah jejak (tapak) (di) Kawali (dari) tapa dia Yang Mulia Prabu Raja Wastu (yang) mendirikan pertahanan (bertahta di) Kawali, yang telah memperindah kedaton Surawisesa, yang membuat parit pertahanan di sekeliling wilayah kerajaan, yang

memakmurkan seluruh pemukiman. Kepada yang akan datang, hendaknya menerapkan keselamatan sebagai landasan kemenangan hidup di dunia.”      Demikian prasasti di berberapa tempat bersejarah adalah tulisan-tulisan tangan para sastrawan pada masa itu. Mereka mencatat peristiwa agar abadi yang dapat dibaca anak cuu di kemudian hari, dan terbukti hingga sampai saat ini.   

Antologie Tulisan Tangan Penyair , September 2018 Indramayu, Indonesia


Puisi Tulisan Tangan Tidak Semata Mengobati Kerinduan.    Demikian yang dialami tokoh-tokoh sastrawan masa lalu, tulisan tangan mereka menjadi bukti sejarah yang mendukung otentiknya operistiwa dan pelakunya.     Bila Anda tak percaya akan apa yang penulis utarakan di atas, silahkan cek saja diri dan keluargamu. Berapa kali Anda ganti hanpon? Padahal baru setahun, seorang teman telah berganti hanpon 2-3 kali. Lalu berapa kali Anda mengganti latop atau notbook?  Inilah yang menjadi kurangnya pemahaman akan perubahan teknologi digital itu. Sementara negerinegeri pemproduksi alat informasi ini bertepuk tangan dan terus mengebangkan produksinya     Zaman sudah berubah semakin modern semakin dimudahkan oleh teknologi. Termasuk dalam dunia tulis menulis yang didalamnya adalah penulis dan media. Menyikapi hal ini perlu secepatnya diberikan pada generasi muda bahkan memulainya dari pendidikan Taman Kanak-kanak. Keterlambatan penyerapan pendidikan dunia teknologi informasi menyebabkan kesenjangan antara sarana media yang ada dengan sumber daya yang dimiliki masyarakat, sehingga pemahaman itu hanya dari belajar antar pengguna. Akibatnya adalah pemahaman pada segi pemakaian bukan pada pemahaman teknologi dan dampak serta manfaatnya.
vi

     Kenyataan mereka yang telah memahami dimulai sejak bangku universitas, itu pun pada fakultas tertentu. Sedang yang lain lebih banyak belajar teknologi invormasi dengan cara otodidak.      Di dunia sastra peran teknologi informasi semakin besar dan kuat. Pemahaman teknologi dan praktiknya harus dikuasai para pelaku sastra. Beruntunglah para pelaku sastra itu kebanyakan berlatar pendidikan dan banyak mengenyam pendidikan tinggi, sehingga memasuki era digital sastrawan dapat menyikapi dan tidak tertinggal.     Sengaja kami, Lumbung puisi dalam edisi favoriete menggagas sebuah antologi tulisan tangan. Berupa kumpulan tulisan tangan penyair Indonesia. Puisi Tulisan Tangan tidak semata mengobati kerinduan, tetapi untuk mebuat sejarah yang ditinggalkan dalam panca roba kehidupan. Bahwa penyair Indonesia tidak asal mengetik naskah dalam era digital ini tetapi membuktikannya dalam tulisan tangan mereka. (Rg Bagus Warsono, sastrawan tinggal di Indramayu, 11 September 2018).   

Antologi Tulisan Tangan Penyair Satrio Piningit Penyair Indonesia

Antologi Tulisan Tangan Penyair Satrio Piningit
Penulis : Penyair Indonesia Editor : Isa Layout : Arsi Desain Cover : Edi
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini ke dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun mekanis, tanpa izin tertulis dari penerbit atau penulis. All Rights Reserved
Diterbitkan oleh: Penebar Media Pustaka Alamat : Jl. Samas km 1, Palbapang, Bantul, Bantul, Yogyakarta, 55713. Hp.  : 085743999124 E-mail : penebarcom@gmail.com
Katalog Dalam Terbitan (KDT) Penyair Indonesia, Antologi Tulisan Tangan Penyair: Satrio Piningit; Editor: Isa—Cetakan 1—Yogyakarta: Penebar Media Pustaka, 2018 xii + 84; 14 x 20 cm
ISBN: 978-602-5888-43-4
Cetakan 1, 2018
Penyair :
Antologi Tulisan Tangan Penyair Satrio Piningit Penulis : 
1. Andrie Bucek (Lombok) 2. Winar Ramelan (Jakarta) 3. Rg Bagus Warsono (Indramayu) 4. Wiwin Herna Ningsih (Bandung) 5. Didi Kaha (Brebes) 6. Leli Yuyantri (Indramayu) 7. Soetan Radjo Pamuntjak (Bukitinggi) 8. Ira Suyitno (Mojokerto) 9. Bambang Widiatmoko (Jogyakarta) 10. Ade Sri Hayati (Indramayu) 11. Dwi Wahyu Candra Dewi (Semarang) 12. Syahriannur Khaidir (Sampang, Madura) 13. Nani Tanjung (Jakarta)       14.Syaiful B. Harun (Palembang)       15.Heru Marwata (Yogyakarta)       16.Sri Budiyanti (Demak)       17. Raden Rita Maemunah (Padang)       18. Sarwo Darmono (Lumajang)       19. Salman Yoga S. (Takengon, Aceh)       20. Barokah Nawawi (Semarang)       21. Wardjito Soeharso (Semarang)       22. Gilang Teguh Pambudi (Bandung)       23. Wadie Maharief (Jogyakarta)       24. Sri Sunarti (Indramayu)       25. Muhammad Lefand, (Jember)        26. Heru Mugiarso (Semarang)       27. Samian Adib, (Jember)       28.Buanergis Muryono (Depok)       29. Mo Amrin (Cirebon)       30.Iwan Bonick (Bekasi)
31. Wanto Tirta (Banyumas) 32. Cuk Ardi (Lumbung Puisi) 33.Sukma Putra Permana, (Jogyakarta) 34. Sutarso (Sorong) 35.Arya Setra (Jakarta) 36. Muhammad Mukarom (Jombang) 37.Barlean Aji (Jember) 38. Yanti S Sastro Prayitno (Sragen) 39. Alek Brawijaya, (Musi Banyuasin) 40. Uyan Andud (Kediri) 41. Ahmad Setyo Bae (Slawi) 42. Mohamad Iskandar (Demak)