Kamis, 25 Agustus 2016

Lumbung Puisi Jilid IV Penyair Indonesia, tema Margasatwa Indonesia Dokumentasi Puisi Sastrawan Indonesia oleh Himpunan Masyarakat Gemar Membaca




Pengantar Antologi

   Banyak margasatwa kita yang punah. Ketika kapal kapal asing yang nyolong ikan ditembak ditenggelamkan, Anda tidak tahu berbagai jenis kera dari rumpun yang sama Sumatra/Kalimantan di colong juga. Apa yang ditembak apa yang ditenggelamkan. Sebab malingnya tidak kemana-mana masih berada di luar negeri. Orang kitalah yang memperkaya diri.

    Beberapa tahun lalu ada bangkai kawanan gajah, tetapi gadingnya sudah tak menempel di kepalanya.
Lalu burung-burung luar negeri yang mungkin bawa penyakit datang dari celah-celah pagar negeri , mengisi sangkar-sangkar hobies burung berkicau.
Dan sungguh luar biasa lagi, ada orang pekerjaannya melawan maut, memburu buaya ganas di sungai-sungai buas. Ternyata mereka mengambil kulit buaya itu.

   Sejak doeloe nama hewan menjadi nama kiasan untuk menamai manusia seperti contohnya 'lintah darat (rentenir), 'kuda hitam (sosok tak diduga), 'anjing menggonggong (mereka yang suka usil), 'macan tua ( tokoh tua) , macan ompong (tokoh yang sudah tak punya taring lagi) , 'kupu-kupu malam (lonte) , ular kepala dua (mata-mata) , kura-kura dalam perahu, katak dalam tempurung dan sebagainya. Ini artinya manusia menamai perilaku manusia lagi dengan perumpamaan hewan. Jadi bukan sekarang saja tetapi sejak dulu.
   Ternyata margasatwa (binatang) kita penuh filosofi, kelakuan binatang kadang cermin buat filosofi hidup. Bukan berarti lebih baik binatang dari manusia, tetapi manusialah yang mirip perilaku binatang. Atau bisa juga binatang lebih baik perilakunya ketimbang segelintir manusia yang kadang tak memiliki norma. Tetapi pernyataan ini jangan ditafsirkan demikian sebab puisi adalah gambaran , sebuah gambaran yang memiliki ragam apresiasi. Boleh jadi apresiasi itu berbeda dari sebuah puisi. Makna yang sama arti pun berbeda bila dipadukan dengan kata lain, bukan. Nah kalau begitu puisi adalah permainan kata-kata.

Jika puisi adalah permainan kata-kata maka tak perlu mempercayai puisi. Memang. Bukankah puisi itu seni? dan dinikmati? . Jangan salah juga bila apresiasi juga menimbulkan kepercayaan terhadap puisi. Buktinya banyak puisi yang memberikan kenyataan zaman. Sebab penyair menuangkan isi hati dari semua pancaindera yang dirasakan.Sebegitu dasyatnya puisi melahirkan berbagai tafsir dan perumpamaan. Tetapi sebagai manusia tetap puisi tak perlu didewakan atau dipuja. Puisi adalah puisi yang memiliki jiwa, seni, dan juga hidup.

Memang penyair itu pinter, tema margasatwa jadi tema 'marga satwa. Katanya kalau dipenggal menjadi dua kata ada marga dan satwa kalau dipisah menjadi marga satwa semakin bertambah luas tema ini, tapi tidak mengapa tambah seru. Itulah penyair kadang bilang ‘A sama-sama , bukan A besar dan a kecil tetapi katanya a bagiku berarti lain.  Bisa saja ‘a berarti satuan nominal eceran, ada juga ‘a berarti pertanyaan, ‘a berarti orang (si a) atau ‘a berarti keuntungan dsb.

Sebaliknya ada ungkapan hewan tetapi disukai masyarakat seperti 'Kecil-kecil kuda kuningan, 'Maung Bandung, "Ayam Kinantan, 'Banteng Ketaton, Cendrawasih dari Timur, dan lain-lain.

Dan dalam buku ini pembaca budiman diajak untuk ‘bercengkerama dengan puisi-puisi karya penyair Indonesia  dalam antologi khas bertema margasatwa ini yang merupakan Antologi Lumbung Puisi Jilid IV Sastrawan Indonesia.

Selamat mengapresiasi.

Penyelenggara.
Hmpunan Masyarakat Gemar membaca (HMGM)


Penulis :

1.Abu Ma’mur MF (Brebes)
2.Agustav Triono (Purbalingga)
3.Alveng Subrata(Surabaya)
4.Amrin Moha (Cirebon)
5.Anggoro Suprapto(Semarang)
6.Anjrah Lelono Broto(Jombang/Mojokerto)
7.Arif Khilwa (pati)
8.Ari Witanto (Bekasi)
9.Arwinto Syamsunu Ajie(Kebumen)
10.Arya Setra (Jakarta Utara)
11.Bambang Widiatmoko(Jakarta)
12. Damar Angara (Demak)
13.Dedy Tri Riyadi (Tangerang)
14.Denting Kemuning(Surabaya)
15.Denis Hilmawati (Bekasi )
16.Dharmadi, DP (Purwokerto)
17.Daviatul Umam (Sumenep)
18.Eka Rs (Tasikmalaya)
19.Ersa Sasmita(Jakarta)
20.Eno El Fadjeri (Jakarta Barat)
21.Eri Sofratmin (Muara Bungo Jambi))
22.Faiz Saf'ani(Tegal)
23. Fitrah Anugerah(Bekasi)
24. H. Shobir Poer (Tangerang)
25. Hadi sastra(Tangerang)
26.Harmany (Pamekasan)
27.Hasan Maulana A. G( Serawak Malaysia)
28..Heru Mugiarso(Semarang)
29.Jen Kelana(Muara Angin Jambi)
30.Kurniawan Yunianto(Semarang)
31.Little Lite (Muara Bungo, Jambi)
32.Mike Dwi Setiawati(Cirebon)
33..Mohamad Firdaus (Banyumas)
34.Muakrim M Noer Soulisa (Maluku Tengah)
35.Mukti Sutarman Espe (Kudus)
36.Nanang Suryadi (Malang)
37.Navys Ahmad(Tangerang)
38. Ni Made Rai Sri Artini (Denpasar)
39.Novia Rika (Jakarta)
40.Rachmad Basuni (Solo)
41.Refa Kris Dwi Samanta (Banyumas)
42.Rere Desvada (Bandung)
43.Riswo Mulyadi (Banyumas)
44.Rg Bagus Warsono(Indramayu)
45.Sami’an Adib (Jember)
46.Shon Sweet's(Sidoarjo)
47.Sumrahhadi (Munadi Oke)(Jakarta)
48.Sri Subekti Handayani (Bandung)
49.Supi El-Bala (Tangerang)
50.Suyitno Ethex (Mojokerto)
51.Tajuddin Noor Ganie(Banjarmasin)
52..Thomas haryanto soekiran(Purworejo)
53.W Haryanto(Blitar)
54.Wadie Maharief (Jogyakarta)
55.Wahyudi Abdurrahman Zaenal (Ketapang Kalbar)
56. Wans Sabang(Jakarta)
57.Yuyun Ambarwanto(Wonogiri)