Senin, 10 Juni 2019

8 Puisi Giilang Teguh Pambudi yang Ditolak dalam Antologi Pesisiran

TIDAK ADA DI PESISIRAN
-----

8 puisi ini adalah puisi saya yang tertolak dari antologi Pesisiran, Komunitas Dari Negri Poci, 2019. Tetapi saya merasa puisi-puisi ini tetap harus terbang sukacita dan bekerja dari alamatnya. Untuk itu saya sosialisasikan dengan judul yang saya harapkan menarik minat apresiasi puisi. Selamat menikmati dengan damai dan dalam ritual jual-beli kegelisahan.

1
MENGGEMA GEMURUH

dari dalam kerumunan manusia, seperti sedunia
aku melompat seperti dari lingkaran
menuju halal pasir yang lain
sebab ada yang keblinger mengutuki rumah Allah
mulutku melantunkan huruf terakhir dari Muhammad
"Dal! Dal! Dal!" Tubuhku mental-mental
ombak-ombak kewarasan, selalu kewajaran
ubun-ubun kontruksi pembangunan
keselamatan, keadilan dan kesejahteraan
----- politik, ekonomi, hukum, sosial, pendidikan,
pariwisata, pertahanan keamanan, pancasila, tata kota,
lingkungan hidup, pertanian, kesehatan, dan semuanya ------
kau bilang rambutku dijambak angin
kubilang rambutku membelai langit
"Nun! Nun! Nun!" Aku teringat puisi pendek Indonesia:
'dalam bahasa
nun mati
artinya hidup!'
kurengkuh pasir, kueja, plastik-plastik telah merenggut indahnya
ada juga kondom sisa penyelundub semalam
yang masih hangat dan kejam
pecahan botol minuman keras
juga uang recehan wangi nelayan, jelas tidak bau korupsi
gerombolan teater itu mengejarku, laron jinak mengerubungi
"Nang ning! Nang ning!" Dari mulutnya gemerincing
wajah-wajahnya penuh tanya, apa gerangan yang aku dapat?
padahal jawabannya ada pada suaranya
"Kemenangan adalah hening. Ketenangan adalah bening.
Keberadaannya seihlas cinta"
tiba-tiba menjadi gerombolan tawon, pantai menggema gemuruh
'Nang ning gung! Nang ning gung!"
semua meremas-remas pasir,
memisahkan sampah-sampah, dimasukkan karung
"Nang ning nung! Nang ning nung"
ombak di sana menggulung, kecamuk di sini menggunung
berulang-ulang meneriakkan Sajak Akhir Zaman,
"akulah Muhammad
dan akulah Isa
yang membenarkan".

Kemayoran, 2018
------

2
SEPERTI NYI RORO

seperti Nyi Roro
seperti yang banyak digambarkan
gaunnya hijau sensual
basah air kilau laut saat asmara
cantik yang lepas
tapi kutemui ia suatu ketika
di permukaan samudra menjelang senja
tak ada tanda-tanda pernah bunuh diri
ia bicara dalam nada permisi
berpesan seperti mengantarkan
bibirnya merah merekah
mendekatkan
berkalimat baik-baik saja
bertanya keluarga juga negara
anak ke berapa kelas berapa?
bertanya harga-harga pasar
dan musim apa di gunung?
bertanya upah para pekerja
juga seberapa padat jalan raya?
mungkin itu sebabnya dibilang Ratu
sebab pertanyaannya menguasai jawaban
lalu ia masuk kembali ke dalam laut
tanpa tabung oksigen
tanpa apa-apa
siapa sangka?

Kemayoran, 2018
-------

3
SATRIO PININGIT 2

tubuh batu yang berjantung air
sebab bumi menengadah menampung hujan
berkah yang tinggi
tentu dalam cinta dan rasa manusia
sebab gunung-gunung sudah pasrah
tak mau mengalahkan tinggi
kemuliaan menjadi mahal
hanya milik para pemenang
di mana imam?
di mana imam?
ia cahaya selengkung bumi yang kau sebut Mahdi
atau apapun mulianya
ia ilmu
ia tinggi
bahkan sunyi laut telah memanggilnya
kedalaman yang tidak bisa diukur
sebab ia mengangkat nama, Rosul akhir zaman
mengawal terbit dan tenggelam matahari, matahati
menemani nyanyian burung pada batu
pada kayu
dan sejarah kota-kota juga menyerah
tak bisa sembunyi dari namanya
gemilang peradaban
yang membuat anak-anak riang
dijanjikan ketemu Tuhan Yang Maha Penyayang
ia menemui dan ditemui
sampai Allah berkata, "Ya! Waktunya tiba.
Damai sejahtera. Damai sejahtera.
Samudra berubah air sorga
merembesi takdir suci batu-batu".
siapa di depan?
semua terdepan!
maka diam batu
rindu yang tahu
semedi jadi
doa peristiwa
wangi yang lembut menyudahi luasnya angin

Kemayoran, 2018
------

4
MANUSIA SEPERTIGA MALAM TERAKHIR

setelah membagi Romadon
menjadi tiga
yang seperti puzzle
disusun berabad-abad
aku selalu menggenggam cahaya
melintasi tiga perjalanan
yang berakhir di atas sajadah
pada sepertiga malam terakhir
seperi minum zamzam abadi
aku mengambilnya
meneguknya
dan berakhir pada rasa syukur
karena selalu menikmati yang diminta:
setelah melewati syariat dengan tarikatnya
mendapati cahaya hakekat
berdiam di makrifatullah

setelah gagal membagi Romadon
menjadi tiga
yang seperti pekerjaan rumah
sepanjang sejarah manusia
aku selalu menggenggam cahaya
melintasi satu perjalanan saja
di dalam selengkap sunah Nabi
yang disebut perjalanan
sepertiga malam terakhir
seperi minum air surgawi
aku menikmati syukur tak berkesudahan
karena semua telah Allah sempurnakan:
setelah makrifatullah
menjalani kesiap-siagaan yang ihlas
dalam ukuran-ukurannya
menjadi rahmat bagi diri
bagi kehidupan manusia
dan alam raya

Kemayoran, 2018
-----

5
TARIAN LUKA BAWAH TANAH

bukan, bukan persiapan menunggu
perang nuklir atau senjata kimia
atau senjata biologi
bukan, bukan karena senjata sudah diarahkan
nuklir dan senjata kimia sudah diposisikan
bahkan senjata biologi tinggal ditebarkan
tapi, dalam jurus-jurus silat
kita mengendus dari bawah tanah
proses pembunuhan sudah dimulai
meskipun tidak selalu menguburkan nyawa
ritual penyiksaan sudah dijalankan
meskipun atas nama kemanusiaan dan kesejahteraan
orang-orang sudah diracun
oleh teori-teori kebusukan yang dibalut keindahan
virus-virus jahat menguasai darah
setelah disuntikkan dan disemprotkan oleh semangat kekebalan
dan kita membacanya dari bawah tanah
dalam bahasa suci mata air kehidupan
menggeliat menciptakan kekuatan
terus memperkuat pertahanan dan perlawanan
mendidik api di batu-batu pengajian
menarik dan mengendalikan angin diam-diam
lalu sejak kapan kau lupa
menyebut gerakan bawah tanah telah berakhir?
ok! kau cuma butuh menyebut,
ini tarian pagi cahaya
tarian senja mempesona
tarian malam telanjang
kali ini bukan soal menumbangkan kekuasaan
tetapi menghadapi para penumpang gelap kekuasaan
bukan melawan negara
tetapi menghadapi penghancur bangsa dan negara
bukan menghancurkan ideologi
tetapi membuka mata kemanusiaan dan keadilan
dan biarlah, kau mendengarnya seperti lembah longsor
dan guncangan gempa belaka
sebab begitulah tenaga yang menenggelamkan
diabaikan dan menakutkan

Kemayoran, 2018
------

6
PAGI YANG MENARI DI PANTAI

seorang tua mengelus janggutnya
di landai pantai
ombak-ombak diperas jemari tangannya
lalu dikibaskan ke udara
menjadi gelembung permainan
ia tidak perlu mencetak ketakutan
atau diam-diam bikin kekuasaan yang mengendalikan
ia hanya menembak jantung bintang
sehingga airmata hidup dan perlawanan
selalu dalam gelembung yang sama
warna-warni
strategi
pagi yang menari di pantai

Kemayoran, 2018
-------

7
POLITIK KEBUDAYAAN

ini politik kebudayaan
ada firman Allah
yang dimenangkan

Kemayoran, 2018
------

8
LAKI-LAKI LAGI MELAGU

"aku butuh ibu
cinta yang melahirkan cinta
sampai senja dipenuhi kenangannya
sebagai buku-buku
yang tak perlu ditiup debunya"

"aku butuh istri
jantung hati yang menjaga cinta
sampai kecemasan-kecemasan
diolahnya di dapur
menjadi hidangan kehangatan
keyakinan
dan kesabaran"

"aku butuh perempuan
kalimat Tuhan pembakar cinta
sampai seluruh pertemuan
di hati
di halaman istana
di jarak yang dipanggungkan
adalah pembicaraan mesra
keadilan dan kemanusiaan"

"aku butuh ratu
baiat langit kepada kebangkitan bumi
sampai kutitipkan kelaki-lakianku
pada peradaban yang diciptakan
sehingga kau kawini
keagungan dan kesetiaan"

"aku butuh anak gadis
umur cinta yang dirindukan cinta
sampai seluruh kekuasaan masa depan
adalah ladang tanaman
keberkahan"

Kemayoran, 2018



Gilang Teguh Pambudi, adalah penyair yang tercatat di beberapa buku antologi puisi sebagai Penyair Kendal, Penyair Sukabumi, Penyair Bandung, Penyair Purwakarta dan Penyair Jakarta. Hal itu karena sejak tahun 1992 bekerja berpindah-pindah dan selalu berganti KTP setempat sebagai Orang Radio Indonesia. Selama lebih dari 20 tahun selain menjadi penyiar, jurnalis, dan manajer radio, juga membawakan acara khusus Apresiasi Senibudaya. Aktif memperkenalkan Komunitas Aula Radio yang menggelar aksi, lomba, serta latihan berbagai kesenian. Termasuk teater, drama radio, gambar dan sastra. Juga membina dan menemani berbagai komunitas seni melalui yayasan Seni Cannadrama. Menulis sejak SMP, tetapi baru dimuat koran sejak kelas 1 SMA/SPGN.