Kamis, 29 November 2018

Puisi-puisi Antologi Mblekethek 43-48

43
Rai Sri Artini

Ayam Presto
Sesungguhnya  kau sudah mati
Ini hanya bayang-bayang
Harapan  mimpi yang lama mengendap
Raib
Telinga-telinga pekak
Mana keadilan
Ia misterius seperti  bumi yang dicungkup petang
Mungkin tersimpan di saku celana
Seorang nenek mencuri dua buah cokelat, menanti mati
Perempuan bergincu mencuri uang rakyat, melenggang tenang
Ah memang susah urusan perut apalagi mulut bersilat lidah
Suara-suara menyusut mengulum  ngilu ludah
Biar waktu yang rahasia membuka sayapnya
Wajah nenek tua tegang mengenang anak cucu
Hanya setetes lemak dari pagi memberi pelumas bagi tulang-tulangnya
Untuk tetap bisa berjalan
Bayang kegelapan di pelupuk mata telah menyeret
Dia remuk sempurna mencari sesosok tubuh yang bernama keadilan
Debu-debu purba mengental di setiap pori
Tubuh penuh keringat dilapisi timah aluminium
Pengap oleh pasal-pasal yang memvonisnya
Juga angka-angka yang turut menghitung umur
Ia menyerahkan diri pada panci presto
Untuk disantap kekuasaan
( Oktober, 2018 )

Dalang dan Sengkuni

Dalang yang kehilangan cahaya
Begitu sempurna melipat kuku di tilam emas
Ia fasih mengajarkan cara membetulkan duduk
Mencuci tangan dan meloloskan diri dari kepul asap dunia

Dari kilatan tubuhnya sengkuni-sengkuni lahir
Menerabas nurani mengepulkan bebuih nafsu
Dengan takaran yang tepat ia seduh teh dengan aroma paling harum
Hingga jejak dan sidik jari hilang
Dengan ukuran dan kalkulasi yang tepat pula ia melempar dadu
Memainkan segala lakon dengan legit

Dalang yang kehilangan cahaya
Begitu sempurna mengajarkan sengkuni berdoa
Bagi taring-taring yang diasah dan adu domba yang keji
Bagi anyir darah yang diisap dari derita jalanan, kolong jembatan
gerobak dan persimpangan

Sejarah bergulir lembar kalender berjalan
Sengkuni-sengkuni lahir membangun dinasti
Ia terus menyesap puting inang yang semakin keriput
Sepasang hujan tak mampu menyentuh jantungnya paling hawa

Dalang hidup di dalam sengkuni. Tangan kakinya serupa lintah
Geraknya serupa tikus. Mimikri adalah caranya bertahan dari segala cuaca
Lalu di mana letak nurani, kejujuran dan integritas?
Mereka rupanya menghuni kastil-kastil sunyi menghuni dongeng-dongeng sejarah
Kini saatnya pergi mengetuk pintu kastil

Melapangkan tubuh reformasi yang benar
Reformasi bukan hanya menu sejarah
Yang sibuk mencari bentuk tubuhnya sendiri
Tak perlu lagi sedu sedan. Tak perlu
Berikan saja tanda titik untuk mengubur sayapnya
Perang sudah dimulai dan akan terus bergulir
Reformasi bukan hanya menu sejarah
Namun sebuah kewajiban

( November,2017
Dalang dan Sengkuni
Dalang yang kehilangan cahaya
Begitu sempurna melipat kuku di tilam emas
Ia fasih mengajarkan cara membetulkan duduk
Mencuci tangan dan meloloskan diri dari kepul asap dunia
Dari kilatan tubuhnya sengkuni-sengkuni lahir
Menerabas nurani mengepulkan bebuih nafsu
Dengan takaran yang tepat ia seduh teh dengan aroma paling harum
Hingga jejak dan sidik jari hilang
Dengan ukuran dan kalkulasi yang tepat pula ia melempar dadu
Memainkan segala lakon dengan legit
Dalang yang kehilangan cahaya
Begitu sempurna mengajarkan sengkuni berdoa
Bagi taring-taring yang diasah dan adu domba yang keji
Bagi anyir darah yang diisap dari derita jalanan, kolong jembatan
gerobak dan persimpangan
Sejarah bergulir lembar kalender berjalan
Sengkuni-sengkuni lahir membangun dinasti
Ia terus menyesap puting inang yang semakin keriput
Sepasang hujan tak mampu menyentuh jantungnya paling hawa
Dalang hidup di dalam sengkuni. Tangan kakinya serupa lintah
Geraknya serupa tikus. Mimikri adalah caranya bertahan dari segala cuaca
Lalu di mana letak nurani, kejujuran dan integritas?
Mereka rupanya menghuni kastil-kastil sunyi menghuni dongeng-dongeng sejarah
Kini saatnya pergi mengetuk pintu kastil
Melapangkan tubuh reformasi yang benar
Reformasi bukan hanya menu sejarah
Yang sibuk mencari bentuk tubuhnya sendiri
Tak perlu lagi sedu sedan. Tak perlu
Berikan saja tanda titik untuk mengubur sayapnya
Perang sudah dimulai dan akan terus bergulir
Reformasi bukan hanya menu sejarah
Namun sebuah kewajiban
(
Dalang dan Sengkuni
Dalang yang kehilangan cahaya
Begitu sempurna melipat kuku di tilam emas
Ia fasih mengajarkan cara membetulkan duduk
Mencuci tangan dan meloloskan diri dari kepul asap dunia
Dari kilatan tubuhnya sengkuni-sengkuni lahir
Menerabas nurani mengepulkan bebuih nafsu
Dengan takaran yang tepat ia seduh teh dengan aroma paling harum
Hingga jejak dan sidik jari hilang
Dengan ukuran dan kalkulasi yang tepat pula ia melempar dadu
Memainkan segala lakon dengan legit
Dalang yang kehilangan cahaya
Begitu sempurna mengajarkan sengkuni berdoa
Bagi taring-taring yang diasah dan adu domba yang keji
Bagi anyir darah yang diisap dari derita jalanan, kolong jembatan
gerobak dan persimpangan
Sejarah bergulir lembar kalender berjalan
Sengkuni-sengkuni lahir membangun dinasti
Ia terus menyesap puting inang yang semakin keriput
Sepasang hujan tak mampu menyentuh jantungnya paling hawa
Dalang hidup di dalam sengkuni. Tangan kakinya serupa lintah
Geraknya serupa tikus. Mimikri adalah caranya bertahan dari segala cuaca
Lalu di mana letak nurani, kejujuran dan integritas?
Mereka rupanya menghuni kastil-kastil sunyi menghuni dongeng-dongeng sejarah
Kini saatnya pergi mengetuk pintu kastil
Melapangkan tubuh reformasi yang benar
Reformasi bukan hanya menu sejarah
Yang sibuk mencari bentuk tubuhnya sendiri
Tak perlu lagi sedu sedan. Tak perlu
Berikan saja tanda titik untuk mengubur sayapnya
Perang sudah dimulai dan akan terus bergulir
Reformasi bukan hanya menu sejarah
Namun sebuah kewajiban
(
Dalang dan Sengkuni
Dalang yang kehilangan cahaya
Begitu sempurna melipat kuku di tilam emas
Ia fasih mengajarkan cara membetulkan duduk
Mencuci tangan dan meloloskan diri dari kepul asap dunia
Dari kilatan tubuhnya sengkuni-sengkuni lahir
Menerabas nurani mengepulkan bebuih nafsu
Dengan takaran yang tepat ia seduh teh dengan aroma paling harum
Hingga jejak dan sidik jari hilang
Dengan ukuran dan kalkulasi yang tepat pula ia melempar dadu
Memainkan segala lakon dengan legit
Dalang yang kehilangan cahaya
Begitu sempurna mengajarkan sengkuni berdoa
Bagi taring-taring yang diasah dan adu domba yang keji
Bagi anyir darah yang diisap dari derita jalanan, kolong jembatan
gerobak dan persimpangan
Sejarah bergulir lembar kalender berjalan
Sengkuni-sengkuni lahir membangun dinasti
Ia terus menyesap puting inang yang semakin keriput
Sepasang hujan tak mampu menyentuh jantungnya paling hawa
Dalang hidup di dalam sengkuni. Tangan kakinya serupa lintah
Geraknya serupa tikus. Mimikri adalah caranya bertahan dari segala cuaca
Lalu di mana letak nurani, kejujuran dan integritas?
Mereka rupanya menghuni kastil-kastil sunyi menghuni dongeng-dongeng sejarah
Kini saatnya pergi mengetuk pintu kastil
Melapangkan tubuh reformasi yang benar
Reformasi bukan hanya menu sejarah
Yang sibuk mencari bentuk tubuhnya sendiri
Tak perlu lagi sedu sedan. Tak perlu
Berikan saja tanda titik untuk mengubur sayapnya
Perang sudah dimulai dan akan terus bergulir
Reformasi bukan hanya menu sejarah
Namun sebuah kewajiban
(

Dalang dan Sengkuni
Dalang yang kehilangan cahaya
Begitu sempurna melipat kuku di tilam emas
Ia fasih mengajarkan cara membetulkan duduk
Mencuci tangan dan meloloskan diri dari kepul asap dunia
Dari kilatan tubuhnya sengkuni-sengkuni lahir
Menerabas nurani mengepulkan bebuih nafsu
Dengan takaran yang tepat ia seduh teh dengan aroma paling harum
Hingga jejak dan sidik jari hilang
Dengan ukuran dan kalkulasi yang tepat pula ia melempar dadu
Memainkan segala lakon dengan legit
Dalang yang kehilangan cahaya
Begitu sempurna mengajarkan sengkuni berdoa
Bagi taring-taring yang diasah dan adu domba yang keji
Bagi anyir darah yang diisap dari derita jalanan, kolong jembatan
gerobak dan persimpangan
Sejarah bergulir lembar kalender berjalan
Sengkuni-sengkuni lahir membangun dinasti
Ia terus menyesap puting inang yang semakin keriput
Sepasang hujan tak mampu menyentuh jantungnya paling hawa
Dalang hidup di dalam sengkuni. Tangan kakinya serupa lintah
Geraknya serupa tikus. Mimikri adalah caranya bertahan dari segala cuaca
Lalu di mana letak nurani, kejujuran dan integritas?
Mereka rupanya menghuni kastil-kastil sunyi menghuni dongeng-dongeng sejarah
Kini saatnya pergi mengetuk pintu kastil
Melapangkan tubuh reformasi yang benar
Reformasi bukan hanya menu sejarah
Yang sibuk mencari bentuk tubuhnya sendiri
Tak perlu lagi sedu sedan. Tak perlu
Berikan saja tanda titik untuk mengubur sayapnya
Perang sudah dimulai dan akan terus bergulir
Reformasi bukan hanya menu sejarah
Namun sebuah kewajiban
(
Dalang dan Sengkuni
Dalang yang kehilangan cahaya
Begitu sempurna melipat kuku di tilam emas
Ia fasih mengajarkan cara membetulkan duduk
Mencuci tangan dan meloloskan diri dari kepul asap dunia
Dari kilatan tubuhnya sengkuni-sengkuni lahir
Menerabas nurani mengepulkan bebuih nafsu
Dengan takaran yang tepat ia seduh teh dengan aroma paling harum
Hingga jejak dan sidik jari hilang
Dengan ukuran dan kalkulasi yang tepat pula ia melempar dadu
Memainkan segala lakon dengan legit
Dalang yang kehilangan cahaya
Begitu sempurna mengajarkan sengkuni berdoa
Bagi taring-taring yang diasah dan adu domba yang keji
Bagi anyir darah yang diisap dari derita jalanan, kolong jembatan
gerobak dan persimpangan
Sejarah bergulir lembar kalender berjalan
Sengkuni-sengkuni lahir membangun dinasti
Ia terus menyesap puting inang yang semakin keriput
Sepasang hujan tak mampu menyentuh jantungnya paling hawa
Dalang hidup di dalam sengkuni. Tangan kakinya serupa lintah
Geraknya serupa tikus. Mimikri adalah caranya bertahan dari segala cuaca
Lalu di mana letak nurani, kejujuran dan integritas?
Mereka rupanya menghuni kastil-kastil sunyi menghuni dongeng-dongeng sejarah
Kini saatnya pergi mengetuk pintu kastil
Melapangkan tubuh reformasi yang benar
Reformasi bukan hanya menu sejarah
Yang sibuk mencari bentuk tubuhnya sendiri
Tak perlu lagi sedu sedan. Tak perlu
Berikan saja tanda titik untuk mengubur sayapnya
Perang sudah dimulai dan akan terus bergulir
Reformasi bukan hanya menu sejarah
Namun sebuah kewajiba













Rai Sri Artini.  Puis-puisinya tergabung dalam beberapa antologi : Klungkung,Tanah Tua Tanah Cinta, Mengunyah Geram Seratus Puisi Melawan Korupsi, Ketika Kata Berlipat Makna, Lumbung Puisi, Progo 4 Temanggung dalam puisi, Antologi Puisi Bogor, Ning, Seutas Tali Segelas Anggur,dll.Puisi-puisi pernah dimuat di Bali Post, Tribun Bali, Litera.co, Tatkala.Co, Jendela sastra,Riau Realita,Kompasiana, Linikini Linifiksi.









44.

Wanto Tirta

Bleketek Pret

blekethek pret politisi sibuk pencitraan
pasang gambar gagah dan cantik
kesana kemari senyum lempar janji
tanam budi jelang pilihan legislatif
cari pengaruh kanan kiri

blekethek pret janji mengabdi negeri
kerja keras tanpa pamrih
asal dapat meraih kursi
untuk masa lima tahun sekali
keluar duit tidak sedikit
keliling desa sampai kota
siang malam dilakukan
blekethek pret jelang pemilihan
suasana politik makin gerah
politisi ramai mewarnai negeri
saling adu argumentasi
di media cetak maupun elektronik
media sosial dipergunakan
untuk meraih popularitas diri
blekethek pret rakyat duka
lihat penjabat tertangkap tangan KPK
ulah serakah numpuk harta
lupa sumpah yang diucapkan
nurani dilupakan
harga diri diabaikan
blekethek pret
31102018
Wanto Tirta

Kuda Lumping

MAKAN Puisi
kuda lumping
makan beling
ebeg ngibing
gulang guling
makan kaca
minum degan
kaca pecah kaca beling
bikin susah bikin pusing
kuda lumping nungging
makan puisi mbeling
perut kering cengkring-cengkring
kuda lumping
kepala nungging
29102018















Wanto Tirta

SUMPAH JADI SAMPAH

Pada hari sumpah
Kutemukan gunung-gunung sumpah
Menyundul langit
Anak-anak muda bermain sumpah dengan kawan dan pacar
Demi Allah mudah diucapkan
Demikian banyak berserakan kepalsuan
Dari menara tugu monas sampai ke lorong got-got tikus
Sumpah-sumpah itu mengatasnamakan tuhan tenpa beban
Muluncur dari mulut-mulut nyinyir bergincu politik maupun dari binatang-binatang buas bertopeng bijak
Sumpah-sumpah itu menggunung
Menjadi sampah-sampah memadati ruang-ruang publik dimana republik ini makin nanar memandang cakrawala
Sumpah-sumpah itu dilipatgandakan menjadi sumpah palsu yang menjijikkan
Sumpah tanpa nurani
Sumpah tanpa ruh
Sumpah tanpa isi
Sumpah yang sampah
28102018






45.

Gregorius Andi

Sepenggal
Sela yang sibuk
di sela-sela yang nganggur
tak makmur
Duh, mataku kabur!

Yogyakarta, September 2018

Ketik Ketika Ketikan

Aku keringatan
diminum sang pemakan
Dia pun tertelan
Hii, minumnya air keran

Jijik, seorang sedang mengetik
Tik tik tik tik tik
Dia melirik lirik
Sial, aku takut kena cekik!

Yogyakarta, 29 Oktober 2018

Gregorius Andi (Grey Suryandi). Penyair ini tinggal di Ciomas Bogor.






46.

Muhammad Affip

Mblekothok

Pak kecipak pok klepok
Endase pilak, kupinge kopok

Pak kecipak pok klepok
Waduke kaplak, uteke koplok

Pak kecipak pok klepok
Cocote nduwak, atine mogok

Pak kecipak pok klepok
Gatel ning awak, silite ngempok

Pak kecipak pok klepok
Awane gupak, bengine ngorok

Pak kecipak pok klepok
Alim omonge, lakune rampok

Pak kecipak pok klepok
Rai mblekethek, githok mblekothok

Pak kecipak pok klepok

Muhammad Affip
MA Vip
Muhammad Affip
085802360236
www.facebook.com/matavip
47.

Sri Budiyanti

Sandiwara Mblekethek

Mereka sibuk mencari sensasi
Layaknya seorang selebriti
Di sana di sini berlomba-lomba mencari hati
Tak pernah lelah mengobral janji-janji
Demi suksesnya pemilu nanti.

Hoax tersebar di mana-mana
Di dunia nyata maupun dunia maya
Saling menjatuhkan
Saling menjelek-jelekan
Tak segan-segan mencari kambing hitam
Demi tercapai maksud dan tujuan

Mblekethek thek…. thek ….thek ….
Melihatnya semakin eneg
Itulah sandiwara mblekethek di negeri ini
Pandai-pandai menyaring informasi
Karena apa pun bias terjadi
Demak, 31 Oktober 2018

Sri Budiyati, lahir di kota Demak pada 21 Februari 1990. Memulai debutnya dalam kepenyairan melalui beberapa antologi bersama nasional di Lumbung Puisi. Menamatkan S1 Pendidikan dan sehari-harinya sebagai pendidik di sekolah dasar di Balerejo.


48.

Suyitno Ethex

Mblekethek VS Sontoloyo

Bleketek ketemu sontoloyo
Saling bla bla bla adu jago
Saling adu argumentasi

Bleketek dengan tetekbengeknya
Paparkan segala program recana

Sontoloyo dengan gayanya
Paparkan segala cara
Atasi ketimpangan yang ada

Bleketek vs sontoloyo
Saling tebar pesona
Saling tebar jala
Hingga lupa
Siapa yang dibela