Kamis, 29 November 2018

Puisi-puisi antologi Mblekethek 1-6

1.
Rg Bagus Warsono

Dibawah Atap Puisi beralas Puisi

Dan penyair-penyair gelisah
berjalan seiring antrian kendaraan macet
sambil membawa buku antologi gila
sebentar-sebentar bukunya dibaca
untuk sekedar memalingkan muka
yang tak sudi melihat
yang berjalan dengan mata kakinya sendiri.
Tak malu lagi ia berteriak
dalam irama isi buku puisi
untuk kemudian ia berdiri di atas jembatan
dan orang-orang panik melihat penyair bunuh diri
Sinting!
frustasi!
Edan!
Tidak, ia tidak seperti dugaanmu gila.
Dia bosan dengan semuanya
akan Indonesia kita !
buarkan ia dibawah atap beralas puisi ,

(rg bagus warsono, 18-09-2-18)










2.

Winar Ramelan

Angin


Kau tahu angin?, ya, angin adalah udara yang bergerak. Bergerak menuju ruang ruang terbuka dan tersembunyi.

Seperti kau, bergerak dan menggerakkan, agar mimpi mimpimu kesampaian dengan angin surga kau hembuskan.

Menjadikan diri idola dengan dalil dalil kusam, dengan moncong corong menggema di lorong lorong.

Kosong, ya nyatanya kosong melompong, seperti angin yang kau keluarkan dari bokong. Bau sampah yang meracuni orang orang lugu demi ambisimu yang ambigu.

Anginmu adalah angin surga yang kau hembuskan dengan kata kata bohong demi mimpi mimpimu.

Angin surgamu adalah kentut!
Bruuut... Bruuut... Bruuut!

(18-09-2-18)






Winar Ramelan

Peluru Nyasar

Peluru nyasar
Menembus ruang dewan
Menjadi berita utama
Bualan bahkan  cacian

Di surat kabar dan televisi
Lebih heboh lagi berita di media on line
Yang bisa dikomsumsi dengan gawai super mini
Ditelan oleh otak super mini
Menjadi pelintiran pelintiran yang susah diurai

Kepalaku telah padat
Oleh berita yang diumbar kepala dewan
Dari yang benar, sampai olok olokkan kepada pemerintahan
Sedang mereka adalah bagian dari pemerintahan itu sendiri
Para pejabat yang diperintah rakyat

Peluru nyasar
Seperti omongan para anggota dewan
Kesasar sasar 
"duh, peluru kok nyasar, lupa bawa peta ya, seperti om yang setingkat pengacara, bisa nyasar di jalanan kota"
Seperti itulah mereka


Winar Ramelan

Jamur Tai sapi

Bagai jamur yang tumbuh di kubangan kotoran sapi
Ditelan manusia, manusia sempoyongan
Dengan kepala kosong tanpa nalar
Mulut berbuih dengan omongan memabukkan

Begitulah berita berita yang sedang dimunculkan 
Dengan mengucilkan kebenaran 
Mengkerdilkan keadilan
Senyatanya kebenaran bagai pohon beringin
Dengan daun mencapai langit Sang maha
Akar akarnya kuat memeluk bumi

"Siapa yang menggoyahkan, angin besarkah yang diciptakan sebagai issu yang memojokkan lawan
Agar daun daun kebenaran berguguran?”

Manusia yang tertelap di atas meja kerja
Berkoar tentang dirinya yang putih
Mengkritisi pola kerja saudaranya
Yang terjaga dengan bekerja setulus jiwa
"kau mengigau bung, setelah menelan kudapan jamur dari kubang tai sapi
bangun bung, cuci mukamu, cuci otakmu
dan belajar membaca lalu berpikir dengan jernih!”




Winar Ramelan lahir di Malang 05 Juni, kini tinggal di Denpasar. Menulis kumpulan puisi tunggal dengan judul Narasi Sepasang Kaos Kaki.
Puisinya pernah di muat harian Denpost, Bali Post, majalah Wartam, Dinamikanews, Tribun Bali, Pos Bali, konfrontasi.com, Sayap Kata, Dinding Aksara, detakpekanbaru.com. Kompasiana, Flores Sastra, Antologi bersama Palagan, Untuk Jantung Perempuan, Melankolia Surat Kematian, Klungkung Tanah Tua Tanah Cinta, Tifa Nusantara 3, Puisi Kopi Penyair Dunia, Pengantin Langit 3, Seberkas Cinta, Madah Merdu Kamadhatu, Lebih Baik Putih Tulang Dari Pada Putih Mata, Progo Temanggung Dalam Puisi, Rasa Sejati Lumbung Puisi, Perempuan Pemburu Cahaya, Mengunyah Geram Seratus Puisi Melawan Korupsi, Jejak Air Mata Dari Sittwe ke Kuala Langsa, Senja Bersastra di Malioboro, Meratus Hutan Hujan Tropis, Ketika Kata Berlipat Makna,Tulisan Tangan Penyair Satrio Piningit.















3

Buanergis Muryono

Kabeh

Kabeh
Mblekethek
Sapa sing cewok mau?
Klambiku mblekethek
Maklum
Wis patangpuluhtahun.
Untunge rambutku kinclong
Sanajan ora mblerengi.
Klambi
Celana
Kabeh
Samubarang
Pareng mblekethek
Hananging
Ati
Pikiran
Uripmu
Kudu tansah wening
Bening
Kadya tuking banyu Gunung Agung
Kang seger nguripi
Tumrap tanduran apa wae
Kang diilini.
Yuk
Ngeli
Ngeli mring kabecikan
Ning kahuripan iki
Kebak welas asih
Nuladani
Suwelasing tembang
Njih suwelas kidung macapat
Supaya weruh ing sarira
Uga weruh ing panuju.

Salam Renungan Zaman Buanergis Muryono
19 September 2018 09:20


























4.

Yoseph Yoneta Motong Wuwur

Bibir tipis

Polesan lipstik
Merah merona
Terbuai kata terucap

Bibir tipis
Lihai bersilat lidah
Sakit pendengaranku
Pada ucapan berbau busuk
Bagaikan kentut dan tinjah

Bibir tipis
Tak semolek wajahmu
Tak seindah tutur kata
Penuh kepalsuan

Kalikasa, 21 September 2018












Yoseph Yoneta Motong Wuwur

Maiu

Wajah merah padam
Aku redamkan amarah
Dalam kegamangan aku meronta

Malu
Berkubang dalam sampah
Bau menyengat hidung
Selokan penuh daki
Pergi menjauh dari bayangan buruk
Kebohongan yang kian pekat
Aku malu

Seperti inginmu
Ranting tempatmu bertengger
Layu berguguran
Terhempas
Dan hilang

     Kalikasa, 22 September 2018


Yoseph Yoneta Motong Wuwur, Lahir di Kalikasa, 17 Mei 1984 merupakan lumnus Fakultas Pertanian Universitas Flores, Ende – NTT. Menulis adalah aktivitasnya sebatas hobi dalam mengisi waktu senggang.




5.

Wardjito Soeharso

Indonesia Masa Depan

Aku melihat ke depan
Indonesia yang makin gaya
Kota-kota tumbuh gedung menjulang
Metropolitan

Banyak manusia berseliweran
Berjas pantalon dasi sangat rapi
Sibuk mengejar kehidupan
Hedonisnik

Mereka sibuk dengan diri sendiri
Berjalan lurus tak tengok kanan kiri
Tanpa tegur sapa sekedar salam
Individualistik

Coba perhatikan!
Mereka berkulit putih bermata sipit
Berambut pirang bermata biru
Orang seberang

Yang berkulit gelap coklat
Yang berambut hitam ikal
Yang penduduk asli
Ke mana mereka?

Orang-orang asli negeri ini
Terseret arus kemiskinan
Masuk ke dalam got-got
Di bawah gedung tinggi

Indonesia masa depan
Indonesia tanpa kebanggaan
Bagi anak negeri sendiri
Yang kian tersisih dari peradaban

Orang-orang seberang
Menjadi tuan yang dimuliakan
Menguasai bumi langit kekayaan
Mengatur denyut gerak kehidupan

Orang-orang pribumi
Menjadi kacung yang disepelekan
Terpaksa melayani para pendatang
Sekedar hidup mampu bertahan

Indonesia masa depan
Bumi langitmu tetap bercahaya
Namun bangsamu makin tak berdaya
Tanpa kehormatan!

23.09.2018











6.

Aloysius Slamet Widodo

Kenapa …… Koruptor, Narkobator,
Kelamintor, Boleh Jadi Wakilku?

Mas2 hakim Mahkamah Agung terhormat
Rakyat memang tidak melek hukum
Tapi rakyat punya nurani dan akal sehat
Rakyat sangat menghormati hukum
Tapi tak mengerti pikiran penegak hukum
Katanya daulat hukum ditangan rakyat
Kenapa hukum mengabulkan penjahat ?
Rakyat dikepleke sakarepe ... monggo !
Rapopo

Kalau dasarnya Hak azasi penjahat
Kenapa sampeyan tak mempertimbangkan
Hak azasi rakyat
Kenapa keadilan pribadi lebih di didulukan dari rasa keadilan masyarakat
Lihat betapa banyak wakilrakyat ditangkap
Wakil rakyatku tidak jera
malah menantang ditangkap
Kalau dasarnya keadilan
Keadilan untuk siapa?

Sampeyan ini wakil Tuhan Bro
Apa Tuhan pembela koruptor ?
Jangan main2 bawa nama Tuhan
Jangan memberhalakan Tuhan
KarmaNya bisa datang seketika
Oh jagat keadilan ..
Jagat yang gelap
Sering sesat ...
sering menyesatkan diri!

Memang dengan menjalani hukuman
Maka hak terpidana dikembalikan
Tapi bukankah kejahatan korupsi
Narkoba dan kejahatan sexsual anak
Adalah kejahatan luar biasa?
Apapun alasanya kami tidak terima
Mereka mewakili rakyat
Tapi nasi telah menjadi tai
MA telah meng exsekusi ....Asu !
Harapan kami KPU berani
mencantumkan nama bekas penjahat itu
di kertas pemilih agar tidak salah pilih

Celakanya Para partai politik di Pemilu
Walau membuat pakta integritas
Tak calonkan anggotanya yg koruptor
Tapi nyatanya masih meloloskan
Lagi lagi partai politik berbohong
Ah memang partai politik yang itu penipu
Janjinya mengajak kita bulan madu
Tapi dikasih datang bulan ! .... asuu

Partai politik itu
Di jalan benar yang sesat
Semoga rakyat memberi laknat
Suaranya kurang dari batas ambang
oleh karmanya partai politik itu hilang
Wassalam !
Jakarta 22 septembet 2018