13.
Sarwo Darmono
Blekethek
Blekethek kuwi Reget
Blekethek kuwi Jijik
Blekethek kuwi Kotor
Blekethek kuwi elek
Blkethek kuwi sampah
Blekethek kuwi Comberan
Blekethek Ragane
Blekethek Pikire
Blekethek Atine
Blekethek Jiwane
Blekethek Tingkah polahe
Blekethek Atine , Jiwane , Pikire
Rumangsa Bener dewe
Rumangsa Apik dewe
Rumangsa Suci dewe
Rumangsa Pinter dewe
Wong liya raneng bener lan Apike
Sak papan papan nyebar warta ora genah
Dadi sumbering Dredah
Ndadekna Congkrah para Titah
Nganti ora pirsa lan rumangsa
Blekethek e Jiwa priangga
Yen sing blekethek Ragane siniram Tirto bening sirna blekethek e
Yen sing blekethek Ragane tinutup Ageman ilang blekethek e
Ning yen sing blekethek Atine , Jiwane , Pikire
Kuwi watak angel tambane, kepara ginawa Pralaya
Wus pada pirsa bedane blekethek lan apik tur resik
Mung kari milih nandur blekethek apa apik tur resik
Ing tembe tamtu ngunduh apa kang tinandur
Lali lali den elingna
Mumpung isih ana Rasa lan Mangsa
Urip mlaku suci bakal mukti
Urip mlaku Jujur bakal Makmur
Urip mlaku Blaka bakal Mulya
Urip mlaku prasaja bakal Raharja
Lumajang 10 Oktober 2018
pangripto Sarwo Darmono
14.
Gilang Teguh Pambudi
Sepotong Bangunan Masjid yang Masih Kokoh
gempa dan tsunami mengecup pipiku dengan tega
katanya cuma soal perbatasan
antara cinta yang sempurna dan cobaan
tetapi siapa bisa membendung airmata
yang kau sebut juga
telah meluluhlantakkan sebagian kerajaanmu?
maaf, dalam tenang pun aku lupa membayangkan
kerajaan gempa
kerajaan tsunami
yang sekarang dipimpin oleh raja ke berapa?
apalagi dalam tertekan dan marah-marah
mendengar televisi menyebut 40 nyawa mati
aku tak bisa bergerak
nyatanya kau meralatnya dengan kabar yang membakar
ribuan yang mati
oooo, palung laut
di mana tongkat sakti untuk memukul kepala raja gempa dan raja tsunami?
tetapi sekali lagi kau malah menghiba,
airmataku telah meluluhlantakkan sebagian kerajaanmu
lalu apa yang harus aku katakan
tentang kota-kotaku yang hilang?
kau mengecup keningku lagi
dengan daftar korban jiwa,
orang-orang luka berat dan puluhan ribu pengungsi
sambil berkata, "Allah merahmati kita"
dan aku nyaris tidak dengar
--- untung masih menangkap maksudnya---
lalu terhuyung-huyung di pantai yang kacau aku berteriak,
"Berarti sepotong bangunan mesjid yang masih kokoh itu
mempertahankan hidup dengan nyawa-nyawa yang pulang
yang ditangisi ibu bapaknya
yang ditangisi kakek neneknya
yang ditangisi suami-suaminya
yang ditangisi istri-istrinya
yang ditangisi anak cucunya
yang ditangisi guru-gurunya
yang ditangisi murid-muridnya
yang ditangisi teman-temannya
yang ditangisi kekasihnya
ya Allah, kesombongan apakah yang telah kuperbuat
sehingga doaku tidak mengamankan mereka
untuk melanjutkan hidup bersama?
atau, kau ingin mengatakan
mereka yang selamat telah pulang dengan tenang
justru kepada yang masih hidup
telah dititipkan duka kelakuannya
yang biadab kepada sesama dan lingkungannya?
untuk dipecahkannya di seluas bumi
seluas lautan?
ooohhh, malangnya!
hinanya!
Kemayoran, 09102018
Gilang Teguh Pambudi.
BAU BANGKAI RUPA MELATI
aku tidak terlalu percaya demokrasi hari ini
mblekethek lebih buruk dari tai sapi dan lumpur kimia di lantai rumah
seberapa hebatpun gundulmu menyanjungnya
tetapi aku percaya apapun namanya
termasuk yang disebut demokrasi yang sempurna
aku tidak percaya pada akal-akalan kalian
mblekethek bau bangkai rupa melati
seberapa hebatpun kalian mengakaliku
tetapi aku percaya pada akal sehat
termasuk yang kau yakini, sesungguhnya itu yang paling menentramkan
mengapa gila buta kalian pada kekuasaan?
membunuh kemanusiaan dengan cerita lucu kesejahteraan?
bahkan orang-orang baik kalian tunggangi
sehingga nampak buruk rupa?
hidup nestapa fitnah belaka?
Kemayoran, 06102018
Gilang Teguh Pambudi. Penyair yang penyiar. Menulis puisi, cerpen dan artikel sejak kelas satu SMP dan mulai dimuat koran sejak kelas satu SMA/SPGN. Profesional sebagai Orang Radio Indonesia sekaligus narasumber acara Apresiasi Senibudaya di radio-radio, sambil terus menekuni dunia sastra, teater dan menjadi guru gambar anak-anak. Itu sebabnya sering dipanggil untuk menjadi pembicara senibudaya dan jadi juri teater, puisi dan menggambar.
15.
Sri Sunarti
Janji Manis Pilkada
deretan baliho,spanduk bak hiasan
di sepanjang jalan,jembatan,
bahkan dipaku di beberapa pohon
tak terpikirkan derita pohon seperti derita rakyat yang diwakili
dan termakan janji manis hati rakyatnya
deretan visi misi program
yang ditawarkan
tak menarik bagi sebagian rakyat
yang merasa terkhianati ketika sudah duduk dan melupakan mereka
satu-satu ditatapnya caleg yang terpampang
satu-satu diingatnya kiprahnya pada negeri
satu-satu tak terbantahkan janji manis dan bantuan sembako
karena hanya satu pilihan
menurut hati nurani
deretan kata penuh makna
akan pesan ibunda
kelak cari pemimpin yg ada
mengabdi pada negara
yang tak rakus akan harta
Indramayu,2018
16.
Nur Komar,
Negeri Wayang
Wayang-wayang jadi dalang
Penontonnya jadi wayang
Cerita peperangan
Cerita dagelan
Sangat super
Bikin baper
Dalangnya di belakang panggung
Main catur dan berhitung
Isu-isu dibuat naskah
Aib-aib digelar sudah
Caci maki dan mengumpat
Saling tuding dan menghujat
Agama jadi baju perang
Majulah wayang, maju serang!
Dalang asli main catur
Dalang dadakan yang mengatur
Jiwa-jiwa dipenuhi kesumat
Ancam mengancam disemat
Di setiap beranda mereka berkata
; kepada tanah air, kami cinta
Jepara, 2018
Rasanya Sampean
Rasanya belum kering benar
Seperti baru kemarin kudengar
Di bawah kitab suci sampeyan disumpah
Dengan fasih sampeyan mengucap tak tersanggah
Rasanya belum deras benar
Kerja baru menggerimis sebentar
Tapi kantongmu tergenang mata uang
Itu hujan dari mana, sayang?
Rasanya masih hangat membekas
Tidak akan berbuat culas
Tapi tak ada senikmat uang
Hingga sampeyan jadi maling jalang
Rasanya semakin kumuh sudah
Penuh serakan sampah sumpah
Orang-orang macam sampeyan bikin sengsara
Di penjara pun tidak jera
Selagi sampeyan dapat membeli
Semua jadi buta tuli
Rasanya sampeyan itu intelek paling brengsek
Lebih menjijikkan dari muntahan dalam kresek
Jepara, 2018
Nur Komar, lahir di Jepara, 1 Agustus 1977, tinggal di Jobokuto, Jepara, Jawa Tengah. Telepon/WA 081326221919. Antologi bersama yang diikuti : Kitab Karmina Indonesia (2015), Klungkung; Tanah Tua, Tanah Cinta (2016), Membaca Jepara #2,3 dan 4 (2016-2018), Lumbung Puisi Sastrawan Nusantara V dan VI; Rasa Sejati dan Indonesia Lucu (2017, 2018), Sajak-sajak Anak Negeri; Bianglala (2017), Munajat Ramadhan (2017), Tentang Masjid (2017), Bersyiar dengan Syair (2017), Kita Dijajah Lagi (2017), Kunanti di Kampar Kiri (2018), Sidik Jari Kawan (2018).
17.
Zaenni Bolli
Cuaca Buruk
Saat cuaca buruk datang
Aku buru buru mendekati tuhan
Di rumah di dalam kamar
Berharap pohon pohon tumbang tidak menimpa rumah yang ku tempati
Sambil up date status
Berharap tuhan dan bupati membacanya
Entah siapa lebih dulu yang peka
Berpestalah dilan
Sementara diantara kabut negeri
Widji tukul belum ketemu
Orang kaya dengan sejuta alasan
Membeli suaramu
Untuk kejayaan
Aku ingin mati bersama orang orang kalah di negeri ini
Riston kejarlah cintamu sampai ke Boru
Di sana ada kebun kopi juga coklat
Aku menyebutnya Bandung van Flores
Selamat menikmati cuaca buruk Indonesia
Selamat berlibur para siswa di Larantuka
Bersoraklah bersama badai yang datang
Flores 2018
Di marahi istri
Minyak tanah habis
Lampu padam
Di luar hujan
Di rumah tinggal ubi
Jauh di luar sana sengketa masih berlanjut
Sengketa kata
Di padang kurusetra
Di sini angin kencang menumbangkan pohon pisang di jalan 3
Di sini angin ribut
Di sana engkau ribut
Jangan lupa bawa unti
Atau ku tumbuk perutmu bang
Hujan deras lampu padam
Realitas kita tak lagi sama
Ingin berdamai tapi di luar masih hujan
Berdamai dengan hatimu
Sajak
Flores 2018
Moh Zaini Ratuloli (Zaeni Boli), lahir di Flores,29 Agustus 1982. Belajar membaca puisi sejak 1989 ,belajar menulis puisi sejak 2002 biasa menulis dihalaman facebook ,tapi beberapa karyanya juga pernah ikut di Antologi Puisi menolak korupsi (Jilid 2b dan jilid 4),Memandang Bekasi 2015,Sakarepmu 2015,Capruk Soul jilid 2,Antologi Puisi Klukung 2016,Memo Anti Kekerasan terhadap anak,Lumbung Puisi jiid 5 “Rasa Sejati”(antologi) 2017 ,Negeri Bahari 2018 dan Koran maupun bulletin lokal di Bekasi .sejak 2013 –sekarang tergabung dalam komunitas Sastra Kalimalang(Bekasi) .Sempat beberapa kali tampil di Wapres Bulungan baik acara Sastra Reboan maupun yang lain .Juga aktif bergiat di literasi dan teater.Sekarang tinggal di Flores aktif di Nara Teater ,mendirikan TBM Lautan Ilmu dan mengajar di SMK SURA DEWA Flores Timur sekaligus mendirikan Bengkel Seni Milenial sebagai wadah eskul kesenian di sekolah tempat mengajar .
18.
Arya Setra
Mblekethek yang Mblekethek
Saat pagi setelah bangun tidur
Kulihat cuaca sangat cerah sekali
Kuhirup udara segar menghantar hayal akan indahnya hari
Kuteguk kopi sambil ku buka gadget
Namun hayalku sesaat berhenti dan buyar
Ketika para mbelekethek-mbelekethek
Hilir mudik memenuhi wall medsosku
Mereka berdebat tentang masalah mbeletekethek Yang posting si mbelekethek
Yang koment juga mbelekethek
Aku pun yg baca sambil ngelus dada
Jadi ikut mbelekethek
Emang situasi sekarang lagi mbeleketehek
Karena ulah para mbelekethek
Yang semakin hari semakin mbelekethek
Semoga saja negara kita tercinta ini
Tidak menjadi negara mbelekethek
Walau kenyataannya banyak orang-orang yang mbeleketek
Jakarta 21 oktober 2018
Sarwo Darmono
Blekethek
Blekethek kuwi Reget
Blekethek kuwi Jijik
Blekethek kuwi Kotor
Blekethek kuwi elek
Blkethek kuwi sampah
Blekethek kuwi Comberan
Blekethek Ragane
Blekethek Pikire
Blekethek Atine
Blekethek Jiwane
Blekethek Tingkah polahe
Blekethek Atine , Jiwane , Pikire
Rumangsa Bener dewe
Rumangsa Apik dewe
Rumangsa Suci dewe
Rumangsa Pinter dewe
Wong liya raneng bener lan Apike
Sak papan papan nyebar warta ora genah
Dadi sumbering Dredah
Ndadekna Congkrah para Titah
Nganti ora pirsa lan rumangsa
Blekethek e Jiwa priangga
Yen sing blekethek Ragane siniram Tirto bening sirna blekethek e
Yen sing blekethek Ragane tinutup Ageman ilang blekethek e
Ning yen sing blekethek Atine , Jiwane , Pikire
Kuwi watak angel tambane, kepara ginawa Pralaya
Wus pada pirsa bedane blekethek lan apik tur resik
Mung kari milih nandur blekethek apa apik tur resik
Ing tembe tamtu ngunduh apa kang tinandur
Lali lali den elingna
Mumpung isih ana Rasa lan Mangsa
Urip mlaku suci bakal mukti
Urip mlaku Jujur bakal Makmur
Urip mlaku Blaka bakal Mulya
Urip mlaku prasaja bakal Raharja
Lumajang 10 Oktober 2018
pangripto Sarwo Darmono
14.
Gilang Teguh Pambudi
Sepotong Bangunan Masjid yang Masih Kokoh
gempa dan tsunami mengecup pipiku dengan tega
katanya cuma soal perbatasan
antara cinta yang sempurna dan cobaan
tetapi siapa bisa membendung airmata
yang kau sebut juga
telah meluluhlantakkan sebagian kerajaanmu?
maaf, dalam tenang pun aku lupa membayangkan
kerajaan gempa
kerajaan tsunami
yang sekarang dipimpin oleh raja ke berapa?
apalagi dalam tertekan dan marah-marah
mendengar televisi menyebut 40 nyawa mati
aku tak bisa bergerak
nyatanya kau meralatnya dengan kabar yang membakar
ribuan yang mati
oooo, palung laut
di mana tongkat sakti untuk memukul kepala raja gempa dan raja tsunami?
tetapi sekali lagi kau malah menghiba,
airmataku telah meluluhlantakkan sebagian kerajaanmu
lalu apa yang harus aku katakan
tentang kota-kotaku yang hilang?
kau mengecup keningku lagi
dengan daftar korban jiwa,
orang-orang luka berat dan puluhan ribu pengungsi
sambil berkata, "Allah merahmati kita"
dan aku nyaris tidak dengar
--- untung masih menangkap maksudnya---
lalu terhuyung-huyung di pantai yang kacau aku berteriak,
"Berarti sepotong bangunan mesjid yang masih kokoh itu
mempertahankan hidup dengan nyawa-nyawa yang pulang
yang ditangisi ibu bapaknya
yang ditangisi kakek neneknya
yang ditangisi suami-suaminya
yang ditangisi istri-istrinya
yang ditangisi anak cucunya
yang ditangisi guru-gurunya
yang ditangisi murid-muridnya
yang ditangisi teman-temannya
yang ditangisi kekasihnya
ya Allah, kesombongan apakah yang telah kuperbuat
sehingga doaku tidak mengamankan mereka
untuk melanjutkan hidup bersama?
atau, kau ingin mengatakan
mereka yang selamat telah pulang dengan tenang
justru kepada yang masih hidup
telah dititipkan duka kelakuannya
yang biadab kepada sesama dan lingkungannya?
untuk dipecahkannya di seluas bumi
seluas lautan?
ooohhh, malangnya!
hinanya!
Kemayoran, 09102018
Gilang Teguh Pambudi.
BAU BANGKAI RUPA MELATI
aku tidak terlalu percaya demokrasi hari ini
mblekethek lebih buruk dari tai sapi dan lumpur kimia di lantai rumah
seberapa hebatpun gundulmu menyanjungnya
tetapi aku percaya apapun namanya
termasuk yang disebut demokrasi yang sempurna
aku tidak percaya pada akal-akalan kalian
mblekethek bau bangkai rupa melati
seberapa hebatpun kalian mengakaliku
tetapi aku percaya pada akal sehat
termasuk yang kau yakini, sesungguhnya itu yang paling menentramkan
mengapa gila buta kalian pada kekuasaan?
membunuh kemanusiaan dengan cerita lucu kesejahteraan?
bahkan orang-orang baik kalian tunggangi
sehingga nampak buruk rupa?
hidup nestapa fitnah belaka?
Kemayoran, 06102018
Gilang Teguh Pambudi. Penyair yang penyiar. Menulis puisi, cerpen dan artikel sejak kelas satu SMP dan mulai dimuat koran sejak kelas satu SMA/SPGN. Profesional sebagai Orang Radio Indonesia sekaligus narasumber acara Apresiasi Senibudaya di radio-radio, sambil terus menekuni dunia sastra, teater dan menjadi guru gambar anak-anak. Itu sebabnya sering dipanggil untuk menjadi pembicara senibudaya dan jadi juri teater, puisi dan menggambar.
15.
Sri Sunarti
Janji Manis Pilkada
deretan baliho,spanduk bak hiasan
di sepanjang jalan,jembatan,
bahkan dipaku di beberapa pohon
tak terpikirkan derita pohon seperti derita rakyat yang diwakili
dan termakan janji manis hati rakyatnya
deretan visi misi program
yang ditawarkan
tak menarik bagi sebagian rakyat
yang merasa terkhianati ketika sudah duduk dan melupakan mereka
satu-satu ditatapnya caleg yang terpampang
satu-satu diingatnya kiprahnya pada negeri
satu-satu tak terbantahkan janji manis dan bantuan sembako
karena hanya satu pilihan
menurut hati nurani
deretan kata penuh makna
akan pesan ibunda
kelak cari pemimpin yg ada
mengabdi pada negara
yang tak rakus akan harta
Indramayu,2018
16.
Nur Komar,
Negeri Wayang
Wayang-wayang jadi dalang
Penontonnya jadi wayang
Cerita peperangan
Cerita dagelan
Sangat super
Bikin baper
Dalangnya di belakang panggung
Main catur dan berhitung
Isu-isu dibuat naskah
Aib-aib digelar sudah
Caci maki dan mengumpat
Saling tuding dan menghujat
Agama jadi baju perang
Majulah wayang, maju serang!
Dalang asli main catur
Dalang dadakan yang mengatur
Jiwa-jiwa dipenuhi kesumat
Ancam mengancam disemat
Di setiap beranda mereka berkata
; kepada tanah air, kami cinta
Jepara, 2018
Rasanya Sampean
Rasanya belum kering benar
Seperti baru kemarin kudengar
Di bawah kitab suci sampeyan disumpah
Dengan fasih sampeyan mengucap tak tersanggah
Rasanya belum deras benar
Kerja baru menggerimis sebentar
Tapi kantongmu tergenang mata uang
Itu hujan dari mana, sayang?
Rasanya masih hangat membekas
Tidak akan berbuat culas
Tapi tak ada senikmat uang
Hingga sampeyan jadi maling jalang
Rasanya semakin kumuh sudah
Penuh serakan sampah sumpah
Orang-orang macam sampeyan bikin sengsara
Di penjara pun tidak jera
Selagi sampeyan dapat membeli
Semua jadi buta tuli
Rasanya sampeyan itu intelek paling brengsek
Lebih menjijikkan dari muntahan dalam kresek
Jepara, 2018
Nur Komar, lahir di Jepara, 1 Agustus 1977, tinggal di Jobokuto, Jepara, Jawa Tengah. Telepon/WA 081326221919. Antologi bersama yang diikuti : Kitab Karmina Indonesia (2015), Klungkung; Tanah Tua, Tanah Cinta (2016), Membaca Jepara #2,3 dan 4 (2016-2018), Lumbung Puisi Sastrawan Nusantara V dan VI; Rasa Sejati dan Indonesia Lucu (2017, 2018), Sajak-sajak Anak Negeri; Bianglala (2017), Munajat Ramadhan (2017), Tentang Masjid (2017), Bersyiar dengan Syair (2017), Kita Dijajah Lagi (2017), Kunanti di Kampar Kiri (2018), Sidik Jari Kawan (2018).
17.
Zaenni Bolli
Cuaca Buruk
Saat cuaca buruk datang
Aku buru buru mendekati tuhan
Di rumah di dalam kamar
Berharap pohon pohon tumbang tidak menimpa rumah yang ku tempati
Sambil up date status
Berharap tuhan dan bupati membacanya
Entah siapa lebih dulu yang peka
Berpestalah dilan
Sementara diantara kabut negeri
Widji tukul belum ketemu
Orang kaya dengan sejuta alasan
Membeli suaramu
Untuk kejayaan
Aku ingin mati bersama orang orang kalah di negeri ini
Riston kejarlah cintamu sampai ke Boru
Di sana ada kebun kopi juga coklat
Aku menyebutnya Bandung van Flores
Selamat menikmati cuaca buruk Indonesia
Selamat berlibur para siswa di Larantuka
Bersoraklah bersama badai yang datang
Flores 2018
Di marahi istri
Minyak tanah habis
Lampu padam
Di luar hujan
Di rumah tinggal ubi
Jauh di luar sana sengketa masih berlanjut
Sengketa kata
Di padang kurusetra
Di sini angin kencang menumbangkan pohon pisang di jalan 3
Di sini angin ribut
Di sana engkau ribut
Jangan lupa bawa unti
Atau ku tumbuk perutmu bang
Hujan deras lampu padam
Realitas kita tak lagi sama
Ingin berdamai tapi di luar masih hujan
Berdamai dengan hatimu
Sajak
Flores 2018
Moh Zaini Ratuloli (Zaeni Boli), lahir di Flores,29 Agustus 1982. Belajar membaca puisi sejak 1989 ,belajar menulis puisi sejak 2002 biasa menulis dihalaman facebook ,tapi beberapa karyanya juga pernah ikut di Antologi Puisi menolak korupsi (Jilid 2b dan jilid 4),Memandang Bekasi 2015,Sakarepmu 2015,Capruk Soul jilid 2,Antologi Puisi Klukung 2016,Memo Anti Kekerasan terhadap anak,Lumbung Puisi jiid 5 “Rasa Sejati”(antologi) 2017 ,Negeri Bahari 2018 dan Koran maupun bulletin lokal di Bekasi .sejak 2013 –sekarang tergabung dalam komunitas Sastra Kalimalang(Bekasi) .Sempat beberapa kali tampil di Wapres Bulungan baik acara Sastra Reboan maupun yang lain .Juga aktif bergiat di literasi dan teater.Sekarang tinggal di Flores aktif di Nara Teater ,mendirikan TBM Lautan Ilmu dan mengajar di SMK SURA DEWA Flores Timur sekaligus mendirikan Bengkel Seni Milenial sebagai wadah eskul kesenian di sekolah tempat mengajar .
18.
Arya Setra
Mblekethek yang Mblekethek
Saat pagi setelah bangun tidur
Kulihat cuaca sangat cerah sekali
Kuhirup udara segar menghantar hayal akan indahnya hari
Kuteguk kopi sambil ku buka gadget
Namun hayalku sesaat berhenti dan buyar
Ketika para mbelekethek-mbelekethek
Hilir mudik memenuhi wall medsosku
Mereka berdebat tentang masalah mbeletekethek Yang posting si mbelekethek
Yang koment juga mbelekethek
Aku pun yg baca sambil ngelus dada
Jadi ikut mbelekethek
Emang situasi sekarang lagi mbeleketehek
Karena ulah para mbelekethek
Yang semakin hari semakin mbelekethek
Semoga saja negara kita tercinta ini
Tidak menjadi negara mbelekethek
Walau kenyataannya banyak orang-orang yang mbeleketek
Jakarta 21 oktober 2018