Kamis, 29 November 2018

Puisi-puisi Antologi Mblekethek 19-24

19.

Uyan Andud

Lelah

Aku telah ribuan tahun, bahkan lebih
Menggendongmu!
tapi  tak seberat bebanmu, kali ini
Wahai manusia modern.

Akhirnya aku sedikit gerak
untuk berak
Retak - retaklah tubuhku
Mengucur kotoran
tapi masih bleketek kotoranmu
Wahai, manusia modern

Dan kau kaget
Berlarian
tabrakan
Jatuhlah korban
Amis!
Bau jasadmu campur kotoranku
tapi masih mbleketek jasadmu

Tangislah sekencangmu

Aku telah ribuan tahun, bahkan lebih
Mengendongmu!
tapi tak seberat bebanmu, kali ini
Wahai manusia modern.

Kediri, 20 Oktober 2018

Uyan Andud, lahir bulan September 1971. Menempuh pendidikan di  daerah kabupatan Kediri; untuk SD - SPG. Sekarang tinggal di Kediri dan bekerja di daerah Kediri juga.





























20.
Sujudi Akbar Pamungkas

Sarkofagus  (3)
suara auman dan gaduhriuh kekuasaan
telah menjelma mandau ancaman bagi
setiap benak yang berceceran di samudra
kematian. bau amis dan aroma mblekethek
kebijakan yang sedemikian berbusabusuk
telah tajam menghujam tubuh, menyeret
ke dalam pusara arus yang menderadera
semakin bergolak semakin kentara jejak
urukan-urukan hidup yang telah kesekian
terbunuh dalam amuk pertarungan suntuk
betapa kejelataan hanyalah jasad yang
senantiasa merayap dan melata dalam
gemuruh badai sukacita sang penggembira
pun alibi-alibi kekuatan terus saja menebar
gelombang bualan pesona yang menjerat
ganas menggilas sisa-sisa harapan dengan
penuh keberpihakan serta keserakahan
di sini sederet papannama perlindungan
dan semboyan kemanusiaan yang begitu
heroik menggelora, justru telah menjadi
desahan-desahan manja manusia plastik
manusia yang terangsang ereksi kecantikan
palsu, kecantikan yang dimanja nafsu-nafsu
"yah, syantik-syantik manja mbleketheknya
yang syantik dan manja sepantasnya siapa?"
inilah wajah bopeng negeri kita, menebar
ancaman dan bertopeng diri. kegaduhan
ketimpangan dan kamuflase-kamuflase
adalah genderang sangkakala yang tiba
menjemput. sedemikian menyeramkan
bayangan hidup, kegelapan telah semakin
memperlebar galian kubur. segala bangkai
dan tulangbelulang saling tumpangtindih
merangsek dalam bimpitan sarkofagus!
(parit, oktober 2018)
















Sujudi Akbar Pamungkas, Lahir di Tuban 1971. Karya selain di media massa
terbit di puluhan buku Kebangkitan 1995, Getar
1996, Antologi Puisi Indonesia (API) 1997, Negeri
Bekantan 2003, Memo Presiden 2014, Kalimantan
Rinduku Abadi 2015, Burung Gagak di Palestina
2015, Jaket Kuning 2014, Puisi Menolak Korupsi-6
2017 dll. Biografinya masuk dalam buku Leksikon
Susastra Indonesia 2000 oleh Korrie Layun Rampan.
Saat ini tinggal di pedalaman Kalteng. Penyair ini tinggal di Kalteng Pedalaman Pakmas.



21.
I Ketut Aryawan Kenceng

Gaduh

Bahasa- bahasa runcing
Sumpah serapah
Sesak bertaburan
Menikam hamparan
Seringai dusta
Panjang menjulur
Sulur –sulur lidah bertuba
Menjilat pikuk laman
Tumpang tindih
Silang menyilang
Mendentumkan gelombang riuh
Bara membara
Memantik api seteru
Menderu- deru
Mematahkan telinga
Mengecutkan senyum
Gaduh merubung hari
Catatan Negeri Penyamun

Rempah berlimpah
Hasil alam meruah
Bertumpuk – tumpuk rupiah
Menjadi ladang target
Menumpuk kantung –kantung harta
Menjadi camilan empuk lezat
Sambil ngopi –ngopi berselonjor kaki
Para pemegang kendali
Kabupaten, kota dan propinsi
Berjuang sekuat tenaga
Menggaruk berjamaah
Bermuka badak
Senyum simpul
Cengar cengir
Berbaju oranye
Memenuhi layar kaca
Wara wiri
Seperti selebritis
Bergelombang mejeng
Petantang petenteng
o ,negeri yang indah
 Dijejali manusia-manusia tomat busuk
Otak soak
Penjarah ulung
Gerombolan penyamun


I Ketut Aryawan Kenceng , Klungkung Bali ,22 Desember 1959 Pekerjaan : Swasta
Karya karya sastra telah dimuat di Koran Bali Post ,Tribun Bali, Denpost , Pos Bali , Wartam
Antologi puisi : Klungkung Tanah Tua Tanah Cinta  Senyuman Lembah Ijen, Dari Sittwe ke Kuala Langsa, Haiku Melawan Korupsi ,Ketika Kata Berlipat Makna









22.
Leli Luyantri

Tuhan tertidur pulas

Tuhan tertidur pulas
Kau acungkan ibu jari sebatas pundak
Bergerilya memutari dunia
Berharap setiap pasang mata
Melihat lagi lakonmu
Yang ayu bijaksana

Tuhan tertidur pulas
Kau ciumi tangan-tangan basah
Kau tiduri kenangan lama
Hilangkan jejak buruk rupa
Kau sirami tanah surga
Dengan cinta kepura-puraan
Lakonmu yang kian mendrama
Butakan mata dunia
Mencintaimu penuh suka

Barangkali mereka lupa
Kau hanya menidurkan kenangan lama
Yang akan terbangun suatu ketika
Menghancurkan segala harap kita

Barangkali kau sungguh  lupa
Tuhan tertidur pulas
Ia tetap menatapmu was-was




Leli Luyantri atau akrab dengan nama pena Lie, perempuan lahir di Indramayu pada 18 Mei 1995. Kini tinggal di Indramayu juga.































23.
Mohammad Mukarom.

Nama Sebuah Wisata

Adalah aku.
Kauingin suatu saat
kaudatang sesaat
“Sekali-kali” katamu untuk melepas penat.
Sekali atau berkali-kali itu tetaplah menyisakan luka sayat.
Aku terdiam, aku hanya nama sebuah wisata.

(2018)












Mohammad Mukarom, Lahir di Gresik yang kini menekuni dunia kepenulisan, mulai dari Puisi, Cerpen, Esai. Dan akan terbit dua bukunya bergenre kumpulan sajak dan kisah inspiratif.
Penulis dapat dihubungi melalui WA 085843131913



24.

Edi Kuswantono

Mbleketek


Ageman saiki pating mbleketek
Anane angel diarani becik
Amarga manungsani dakik-dakik
Akhire murat marit ara mancik

Ajine diri saka lati
Awak dewe gudu wigati
Apa ae sing bakal dadi
Ajak angger ngucap anani

Aya kanca pada migatek ake
Arani sak iki wis pada ruwette
Angger ucat sak penake
Amarga tatanan wis ara digape


Jagla Jambangan, Sby, 261018