25.
Firman Wally
Mbeleketek I
Kata singkat
Memikat liur kian lekat
Menguarai leher
Mencekik bibir
Mengunyah lidah
Menelan ludah
Mbeleketek
Mbleleketek
Kata singkat
Tapi menjerat leher
Bagaikan disambar gledek
Ambon, 24 Oktober 2018
Mbeleketek II
Apa itu mbeleketek?
Itu mantra-mantra
Atau kata mutiara
Entah lah
Atau sejenis
Nyanyian pengemis
Yang nyaris teriris
Akan senyuman sinis
Mbeleketek Itu
Ledekan
Atau gledek
Atau
Atau
Sekedar
Mengedar
Matra mencekik leher
Atau
Atau
Ah
Ya sudah
Untuk itu
Aku tidak tahu
Ambon, 24 Oktober 2018
Firman Wallylahir di Tahoku, 3 April 1995
Saat ini masih mahasiswa di sebuah unv di Ambon. Mahasiswa Tinggal di Ambon.
26.
Alkalani Muchtar
Yogyakarta
Diantara lalu lintas yang padat
Dan udara dingin berdebu panas
Sepanjang jalan kehidupan
Diantara deretan toko toko batik
Dan pintu pintu yang kokoh
Sekali sekali terdengar musik jalanan
Tampa pamrih
Setiamu aku jadi rindu
Padamu Yogyakarta
Sajak dibawah bulan
Pohon pohon tanjung
Mengisahkan cerita masa lalu
Bersama usia
Yang setia menyampaikan rinduku
Yang panjang dan melelahkan.
Yogyakarta.03 Agustus 2018.
Pengembaraan
Ku coba berlari
Mengoyak ngoyak kepekaan hidup ini
Menuruni lembah
Mendaki gunung
Dengan sekecap yakin
Yang membara dalam diriku
Terbentur ditepian jurang
Dibatas yang tiada tara
Kuterjang buas keganasan ombak
Kemudi patah
Terpental pada suatu wajah
Kulukis dalam jiwaku
Dimana rantai emas itu kukalungkan
Dilehernya
Kini ku tak kenal diri
Tak tau waktu berapa lama
Telah berlalu
Tiada warna dunia bagiku
Alabio,16 Juli 2018.
27.
Ade Sri Hayati
Aku Bertanya Siapa Namamu
Lihat, lihat, ini sajak bebas yang ingin sekali aku bebaskan
Sekali ini, dan itu menjadi keabstrakan dalam kontras warna yang sekali lagi ingin aku lukiskan
Ya, langit tidak akan selamanya gelap,
Ia menjadi apapun yang khalik perintahkan
Itu kepastian
Bukan asumsi asumsi yang menjadi kalimat sumbang pada sebuah wacana, atau
Tentang apapun yang menjadikannya sunyi
atau
Atau
Atau apapun yang menjadikan suka menjadi lirih
Kamu punya pengibaratan?
Ini diksi diksi yang sengaja aku toreh pada sanubari yang sekarang bertanya
Pelan, pelan, pelan
Dan tertawa,
Khodam yang menjadikan itu menjadi bisu
Kalimat itu yang mengutukkan
Dan aku kalah pada tangisan,
Ya bee
Bee
Bee
Indramayu 28 Oktober 2018
28.
Raden Rita Maimunah
Negeri Tak Bertuan
Tuan aku ingin bertanya ,Negeri apakah negeri kita ini
Aku petualang di negeri sendiri
Yang tak pernah dapat singgah di satu tempat
Yang dapat nyenyakkan tidurku
Negeri ini seperti berada dalam peradaban ku no
Ada suporter bola yang di keroyok sampai mati
Guru yang menyekap muridnya
Siswa pelayaran yang terbunuh
Bunuh membunuh sepertinya hal yang biasa
Sindikat narkoba makin bertebaran di mana-mana
Di Negeri ini sepertinya hukum rimba telah berjalan
Tuan, maling bertebaran
Aman kah negeri kita Tuan?
Bingung.... bingung memikirkannya, Mbleketek
Padang, 28 Oktober 2018
Raden Rita Maimunah
Ha ….ha …ha ….
Baginda
Kehidupan ini begitu sulit
Aku masih punya nurani
Tak ingin mengemis, tak ingin maling
Honda bisa kredit, aku jadi tukang ojek
Wahai baginda penguasa
Aku telah salah parkir
Dan kalian langsung ambil hartaku
Harta satu-satunya baginda, dan suratnya lengkap
Kenapa harus motorku yang kau ambil
Kenapa tidak kau tilang saya pak polisi
Mbleketek... kehidupan seriingkali terasa sulit dan rumit
Kita tinggal tertawa ha...ha....ha....ha
Padang, 28 Oktober 2018
Raden Rita Maimunah, Negeri asal cianjur, profesinya sebagai PNS tinggal di daerah lubuk minturun Padang, lahir tanggal 2 februari, bagi yang ingin kontak menambah persahabatan monggo ke “ 082172619207 atau ke WA juga boleh dengan no 081266135861, atau di FB dengan nama radenritamaimunah, beberapa karya pernah memakai nama pena Raden Rita Yusri. Sering ikut dalam Antalogi puisi, yang mau mampir ke email juga boleh maimunahraden@yahoo.co.id.
29.
Roymon Lemosol
Suksesi
menyambut sukseksi
politisi sibuk mencari kambing hitam
pada reruntuhan bangunan
dan barak-barak pengungsi tanpa memberi solusi
sedang bencana tiada menepi
hujan tak kunjung henti
mengguyur tanah tanah negeri
meski musim telah lama berganti
maka di laut,
perahu tenggelam
di darat,
rumah terendam
di udara nasib rakyat mengambang
Ambon, 28 Oktober 2018
Roymon Lemosol, kelahiran Lumoli Kabupaten SBB, Maluku 24 Agustus 1971. Karya-karyanya pernah dimuat di halaman sejumlah media lokal maupun nasional, antara lain majalah Fuly, Assau, Lombok Post, Suara NTB, Banjarmasin Post, Koran Seputar Indonesia, Media Indonesia,dll. Sebagian lagi terhimpun dalam puluhan buku antologi bersama penyair nasional dan internasional. Buku kumpulan puisinya, Sebilah Luka Dari Negeri Malam (Akar Hujan Bojonegoro 2015). Puisinya yang berjudul “Pulang” meraih Anugerah Puisi Pilihan Gerakan 1000 Guru Asean Menulis Puisi Tahun 2018.
30.
Sukma Putra Permana
Bbrebes Mencegah Pageblug di Masa Lalu
Lintang kemukus di malam sunyi. Membuat ciut nyali. Firasat akan datangnya wabah menjangkiti. Atau pertanda akan adanya rajapati. Segera siapkan Sega Kunar sebagai sesaji. Berupa kembang tiga rupa warna-warni. Melengkapi ayam kampung panggang dan telurnya dua-tiga biji. Dan satu tusukan brambang lombok abang di atas setangkup nasi kuwali.
Setelah didoakan agar jauh dari wabah yang sinting. Letakkanlah di salah satu sudut rumah yang dianggap penting. Esok harinya, adakanlah pertunjukan barongan dan kuda lumping. Dengan musik tradisional diarak berkeliling. Orang tua dan anak-anak kecil ikut ramai di belakang beriring. Keluar-masuk rumah-rumah penduduk menyambar bantal-guling. Tak peduli bau apek ataupun pesing. Semuanya langsung dilempar ke atap rumah di atas genting.
Setelah selesai, kuda lumping pun pusing tujuh keliling. Mungkin terlalu banyak terhirup aroma guling nan pesing.......
Oktober 2017/2018
Sukma Putra Permana
Di Alun-alun Brebes Mengobati Jemu
Pernah ada suatu saat
kita dipertemukan oleh waktu
malam hari di sebuah sudut alun-alun kota
sambil menyeruput teh poci bergula batu.
Terlarut dalam obrolan panjang
tapi tak pernah membuat lidah kelu
tentang penyair penulis sebuah puisi cinta
yang mati setelah membaca karyanya itu hingga jemu.
Mei 2016/ 2018
Sukma Putra Permana, lahir di Jakarta, 3 Februari 1971. Berproses kreatif di Komunitas Belajar Menulis (KBM) Yogyakarta. Puisi-puisinya pernah muncul dalam beberapa media cetak lokal di Surabaya, Surakarta, dan Yogyakarta. Kini, karya-karyanya lebih banyak dikurasi untuk dimuat dalam buku-buku antologi bersama. Buku puisi tunggalnya adalah: Sebuah Pertanyaan Tentang Jiwa Yang Terluka (2015, ISBN: 978-602-336-052-9).
Firman Wally
Mbeleketek I
Kata singkat
Memikat liur kian lekat
Menguarai leher
Mencekik bibir
Mengunyah lidah
Menelan ludah
Mbeleketek
Mbleleketek
Kata singkat
Tapi menjerat leher
Bagaikan disambar gledek
Ambon, 24 Oktober 2018
Mbeleketek II
Apa itu mbeleketek?
Itu mantra-mantra
Atau kata mutiara
Entah lah
Atau sejenis
Nyanyian pengemis
Yang nyaris teriris
Akan senyuman sinis
Mbeleketek Itu
Ledekan
Atau gledek
Atau
Atau
Sekedar
Mengedar
Matra mencekik leher
Atau
Atau
Ah
Ya sudah
Untuk itu
Aku tidak tahu
Ambon, 24 Oktober 2018
Firman Wallylahir di Tahoku, 3 April 1995
Saat ini masih mahasiswa di sebuah unv di Ambon. Mahasiswa Tinggal di Ambon.
26.
Alkalani Muchtar
Yogyakarta
Diantara lalu lintas yang padat
Dan udara dingin berdebu panas
Sepanjang jalan kehidupan
Diantara deretan toko toko batik
Dan pintu pintu yang kokoh
Sekali sekali terdengar musik jalanan
Tampa pamrih
Setiamu aku jadi rindu
Padamu Yogyakarta
Sajak dibawah bulan
Pohon pohon tanjung
Mengisahkan cerita masa lalu
Bersama usia
Yang setia menyampaikan rinduku
Yang panjang dan melelahkan.
Yogyakarta.03 Agustus 2018.
Pengembaraan
Ku coba berlari
Mengoyak ngoyak kepekaan hidup ini
Menuruni lembah
Mendaki gunung
Dengan sekecap yakin
Yang membara dalam diriku
Terbentur ditepian jurang
Dibatas yang tiada tara
Kuterjang buas keganasan ombak
Kemudi patah
Terpental pada suatu wajah
Kulukis dalam jiwaku
Dimana rantai emas itu kukalungkan
Dilehernya
Kini ku tak kenal diri
Tak tau waktu berapa lama
Telah berlalu
Tiada warna dunia bagiku
Alabio,16 Juli 2018.
27.
Ade Sri Hayati
Aku Bertanya Siapa Namamu
Lihat, lihat, ini sajak bebas yang ingin sekali aku bebaskan
Sekali ini, dan itu menjadi keabstrakan dalam kontras warna yang sekali lagi ingin aku lukiskan
Ya, langit tidak akan selamanya gelap,
Ia menjadi apapun yang khalik perintahkan
Itu kepastian
Bukan asumsi asumsi yang menjadi kalimat sumbang pada sebuah wacana, atau
Tentang apapun yang menjadikannya sunyi
atau
Atau
Atau apapun yang menjadikan suka menjadi lirih
Kamu punya pengibaratan?
Ini diksi diksi yang sengaja aku toreh pada sanubari yang sekarang bertanya
Pelan, pelan, pelan
Dan tertawa,
Khodam yang menjadikan itu menjadi bisu
Kalimat itu yang mengutukkan
Dan aku kalah pada tangisan,
Ya bee
Bee
Bee
Indramayu 28 Oktober 2018
28.
Raden Rita Maimunah
Negeri Tak Bertuan
Tuan aku ingin bertanya ,Negeri apakah negeri kita ini
Aku petualang di negeri sendiri
Yang tak pernah dapat singgah di satu tempat
Yang dapat nyenyakkan tidurku
Negeri ini seperti berada dalam peradaban ku no
Ada suporter bola yang di keroyok sampai mati
Guru yang menyekap muridnya
Siswa pelayaran yang terbunuh
Bunuh membunuh sepertinya hal yang biasa
Sindikat narkoba makin bertebaran di mana-mana
Di Negeri ini sepertinya hukum rimba telah berjalan
Tuan, maling bertebaran
Aman kah negeri kita Tuan?
Bingung.... bingung memikirkannya, Mbleketek
Padang, 28 Oktober 2018
Raden Rita Maimunah
Ha ….ha …ha ….
Baginda
Kehidupan ini begitu sulit
Aku masih punya nurani
Tak ingin mengemis, tak ingin maling
Honda bisa kredit, aku jadi tukang ojek
Wahai baginda penguasa
Aku telah salah parkir
Dan kalian langsung ambil hartaku
Harta satu-satunya baginda, dan suratnya lengkap
Kenapa harus motorku yang kau ambil
Kenapa tidak kau tilang saya pak polisi
Mbleketek... kehidupan seriingkali terasa sulit dan rumit
Kita tinggal tertawa ha...ha....ha....ha
Padang, 28 Oktober 2018
Raden Rita Maimunah, Negeri asal cianjur, profesinya sebagai PNS tinggal di daerah lubuk minturun Padang, lahir tanggal 2 februari, bagi yang ingin kontak menambah persahabatan monggo ke “ 082172619207 atau ke WA juga boleh dengan no 081266135861, atau di FB dengan nama radenritamaimunah, beberapa karya pernah memakai nama pena Raden Rita Yusri. Sering ikut dalam Antalogi puisi, yang mau mampir ke email juga boleh maimunahraden@yahoo.co.id.
29.
Roymon Lemosol
Suksesi
menyambut sukseksi
politisi sibuk mencari kambing hitam
pada reruntuhan bangunan
dan barak-barak pengungsi tanpa memberi solusi
sedang bencana tiada menepi
hujan tak kunjung henti
mengguyur tanah tanah negeri
meski musim telah lama berganti
maka di laut,
perahu tenggelam
di darat,
rumah terendam
di udara nasib rakyat mengambang
Ambon, 28 Oktober 2018
Roymon Lemosol, kelahiran Lumoli Kabupaten SBB, Maluku 24 Agustus 1971. Karya-karyanya pernah dimuat di halaman sejumlah media lokal maupun nasional, antara lain majalah Fuly, Assau, Lombok Post, Suara NTB, Banjarmasin Post, Koran Seputar Indonesia, Media Indonesia,dll. Sebagian lagi terhimpun dalam puluhan buku antologi bersama penyair nasional dan internasional. Buku kumpulan puisinya, Sebilah Luka Dari Negeri Malam (Akar Hujan Bojonegoro 2015). Puisinya yang berjudul “Pulang” meraih Anugerah Puisi Pilihan Gerakan 1000 Guru Asean Menulis Puisi Tahun 2018.
30.
Sukma Putra Permana
Bbrebes Mencegah Pageblug di Masa Lalu
Lintang kemukus di malam sunyi. Membuat ciut nyali. Firasat akan datangnya wabah menjangkiti. Atau pertanda akan adanya rajapati. Segera siapkan Sega Kunar sebagai sesaji. Berupa kembang tiga rupa warna-warni. Melengkapi ayam kampung panggang dan telurnya dua-tiga biji. Dan satu tusukan brambang lombok abang di atas setangkup nasi kuwali.
Setelah didoakan agar jauh dari wabah yang sinting. Letakkanlah di salah satu sudut rumah yang dianggap penting. Esok harinya, adakanlah pertunjukan barongan dan kuda lumping. Dengan musik tradisional diarak berkeliling. Orang tua dan anak-anak kecil ikut ramai di belakang beriring. Keluar-masuk rumah-rumah penduduk menyambar bantal-guling. Tak peduli bau apek ataupun pesing. Semuanya langsung dilempar ke atap rumah di atas genting.
Setelah selesai, kuda lumping pun pusing tujuh keliling. Mungkin terlalu banyak terhirup aroma guling nan pesing.......
Oktober 2017/2018
Sukma Putra Permana
Di Alun-alun Brebes Mengobati Jemu
Pernah ada suatu saat
kita dipertemukan oleh waktu
malam hari di sebuah sudut alun-alun kota
sambil menyeruput teh poci bergula batu.
Terlarut dalam obrolan panjang
tapi tak pernah membuat lidah kelu
tentang penyair penulis sebuah puisi cinta
yang mati setelah membaca karyanya itu hingga jemu.
Mei 2016/ 2018
Sukma Putra Permana, lahir di Jakarta, 3 Februari 1971. Berproses kreatif di Komunitas Belajar Menulis (KBM) Yogyakarta. Puisi-puisinya pernah muncul dalam beberapa media cetak lokal di Surabaya, Surakarta, dan Yogyakarta. Kini, karya-karyanya lebih banyak dikurasi untuk dimuat dalam buku-buku antologi bersama. Buku puisi tunggalnya adalah: Sebuah Pertanyaan Tentang Jiwa Yang Terluka (2015, ISBN: 978-602-336-052-9).