Jumat, 28 Juli 2017

Sekilas tentang Penyerbuan Mataram ke Batavia , oleh Rg Bagus Warsono

 Di desa Pasekan kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu terdapat makam Ki Sidum yang tiada lain adalah seorang senopati Mataram yang bertugas menghimpun perbekalan dari daerah Indramayu untuk logistik pasukan Mataram dalam penyerbuan ke Batavia.
Sungai Cimanuk yang sangat besar pada wakrtu itu dan juga merupakan pelabuhan VOC di pulau Jawa yang terletak di kab. Indramayu menjadikan lalulintas logistik pasukan mataram sehingga Mataram mengutus dua orang seniopati untuk menjaganya yakni Ki Sidum sebelah barat sungai dan Ki Indra Jaya (terkenal dengan sebutan Jaka Dolog karena orangnya tinggi besar) untuk menjaga sebalah timur sungai Indramayu.
 Sungai Cimanuk yang sangat besar pada wakrtu itu dan juga merupakan pelabuhan VOC di pulau Jawa yang terletak di kab. Indramayu menjadikan lalulintas logistik pasukan mataram sehingga Mataram mengutus dua orang seniopati untuk menjaganya yakni Ki Sidum sebelah barat sungai dan Ki Indra Jaya (terkenal dengan sebutan Jaka Dolog karena orangnya tinggi besar) untuk menjaga sebalah timur sungai Indramayu.
 Laskar Wiradesa yang dipimpin senopati Indrajaya untuk membantu pasukan Mataram dalam penyerbuan ke Batavia beranggotakan pemuda dari Indramayu.
 Ciri-ciri perahu nelayan Blanakan di Subang, Eretan, Karang Song sampai Dadap dengan perahu nelayan Demak memberikan petunjuk bahwa banyak prajurit/senopati perang Mataram yang 'kegembang gadis pantura dan beranak pinak di daerah tersebut dalam penyerbuan ke Batavia.
 Pada dasarnya prajurit Mataram bukan tidak berani melawan pasukan VOC tetapi menyadari bahwa persenjataan tradisional adalah bunuh diri, karena itu dari pada pulang ke Mataram di hukum lebih baik berbaur dengan penduduk daerah pantai sepanjang pantura di Jawa Barat.
 Strategi pasukan mataram dalam penyerbuan Batavia melalui darat dan laut memakan waktu yang sangat lama hingga 2 tahun dengan penyerbuan sebanhyak dua kali. Strategi ala Mataram warisan ilmu peperangan para pendahulunya masih digunakan , padahal perang kali ini VOC memnggunakan senjata modern.
 Bukti pasukan mataram dalam perang perang penyerbuan benteng Holandia di Batavia masih tradisional itu pasukan Mataram masih membawa gajah perang, sesuatu yang ditertawakan oleh VOC walau pun VOC mengakui kegigihan prajurit Mataram yang luar biasa.
 Gajah untuk berperang, seperti yang digunakan oleh Sultan Hadiwijaya raja Pajang untuk menghukum Sutawijaya , digunakan kempali oleh prajurit Mataram dalam penyerbuan ke Batavia, sesuatu beban alteleri dan zenitempur pasukan yang berat tetapi tidak efektif bagi pasukan Mataram.
 Cucu Ki Juru Murtani Pangeran Mandurareja yang otomatis mewarisi ilmu strategi perang Kakeknya membaca bahwa peperangan melawan Batavia adalah pengorbanan prajurit, karena itu ia menguintruksikan pasukannya untuk menyerang Batavia melalui darat. (Juru Murtani Ahli strategi perang sejak berdirinya Mataram dan guru Sutawijaya , Pendiri Mataram)

 Penulis yakin bahwa penemuan perahu kuno ini adalah abad 17 tepatnya 1628 bertepatan dengan penyerbuan Mataram ke Batavia. Perahu kono itu sama bentuknya dengan perahu di daerah Demak dan daerah Kendal . Perahu kuno ini ditemukan masyarakat desa Limbangan kecamatan Juntinyuat Indramayu yang kini di simpan di Tirtamaya. (obyek wisata pantai Tirtamaya) Menurut hemat penulis, perahu ini berukuran besar dan bisa untuk mengangkut satu peleton prajurit (8-15 prajurit)
(rg bagus warsono)