Ki Wangun membawa 100 prajurit dari daerah Tegal Selatan dalam rangka
sumbangan pasukan kepada Mataram dari Bupati Tegal. Oleh Adipati Ukur
keseratus prajurit itu diberi pangkat bintara, dan Ki Wangun sebagai
Tumenggung. Mereka berangkat melalui jalan darat menuju Batavia.
Keputusan Sultan Agung Mataram untuk menghukum mati panglima Bahureksa
membuat Ki Wangun mengurungkan niatnya untuk pulang ke kampung
halamannya. Dalam perjalanan pulang atas kekalahan perang melawan Batavia
itu Ki Wangun memohon perlindungan ke Wiralodra penguasa Indramayu
untuk dapat tinggal di Indramayu. Oleh Wiralodra Ki Wangun diperbolehkan
membuka alas Gantar. Hal ini untuk menghambat ekspansi Sumedang yang
menginginkan memiliki daerah pantai utara Jawa. Ki Wangun dan
pasukannya itu yang merupakan orang-orang yang terampil dan ahli
bercocok tanam serta membuat senjata dapat diterima oleh masyarakat
Haurgeulis..
Ki Wangun
bersama pasukannya yang tersisa kemudian berbaur dengan masarakat daerah
itu dan menetap di Haurgeulis hingga sekarang. Bukti itu kini dapat
dijumpai sebagian masyarakat Haurgeulis banyak menggunakan bahasa
Tegal-Brebes dan hampir tidak ada perbedaan bahasa. Keturunan para
prajurit Mataram dan Ki Wangun itu sekarang terdapat di desa-desa
Haurgelis dengan bahasa daerahnya yang hampir sama dengan bahasa
Tegal-Brebes.