Sabtu, 29 Juli 2017

Keturunan para prajurit Mataram dan Ki Wangun itu sekarang terdapat di desa-desa Haurgelis, oleh Rg Bagus Warsono

Ki Wangun membawa 100 prajurit dari daerah Tegal Selatan dalam rangka sumbangan pasukan kepada Mataram dari Bupati Tegal. Oleh Adipati Ukur keseratus prajurit itu diberi pangkat bintara, dan Ki Wangun sebagai Tumenggung. Mereka berangkat melalui jalan darat menuju Batavia. Keputusan Sultan Agung Mataram untuk menghukum mati panglima Bahureksa membuat Ki Wangun mengurungkan niatnya untuk pulang ke kampung halamannya. Dalam perjalanan pulang atas kekalahan perang melawan Batavia itu Ki Wangun memohon perlindungan ke Wiralodra penguasa Indramayu untuk dapat tinggal di Indramayu. Oleh Wiralodra Ki Wangun diperbolehkan membuka alas Gantar. Hal ini untuk menghambat ekspansi Sumedang yang menginginkan memiliki daerah pantai utara Jawa. Ki Wangun dan pasukannya itu yang merupakan orang-orang yang terampil dan ahli bercocok tanam serta membuat senjata dapat diterima oleh masyarakat Haurgeulis..
Ki Wangun bersama pasukannya yang tersisa kemudian berbaur dengan masarakat daerah itu dan menetap di Haurgeulis hingga sekarang. Bukti itu kini dapat dijumpai sebagian masyarakat Haurgeulis banyak menggunakan bahasa Tegal-Brebes dan hampir tidak ada perbedaan bahasa. Keturunan para prajurit Mataram dan Ki Wangun itu sekarang terdapat di desa-desa Haurgelis dengan bahasa daerahnya yang hampir sama dengan bahasa Tegal-Brebes.