Minggu, 30 Juli 2017

Batavia harus ditaklukan dan apabila melawan maka akan dihancurkan berkeping-keping. Oleh Rg Bagus Warsono

Kerajaan-kerajaan di Jawa kecil atau besar sudah menyatakan tunduk terhadap Mataram. Kerajaan-kerajaan di Jawa Barat seperti kerajaan Cirebon, Galuh, Sumedang Larang telah tunduk dan membayar upeti pada Mataram. Kini tinggal kerajaan Banten. Jika Banten dikuasai maka genaplah sudah seluruh Jawa disatukan Mataram. Namun bangsa asing mendirikan pelabuhan yang bernama Batavia. VOC memiliki tentara untuk setiap ekspansinya. Di Batavia didirikan benteng-benteng untuk melindungi VOC. Bagi Sultan Agung , Batavia adalah penghalang untuk menaklukkan Banten. Sultan Agung faham betul politik VOC. Jika Mataram menyerang Banten, maka VOC akan melindunginya demi kepentingannya di wilayah Banten. Oleh karena itu sebelum menaklukan Banten, Batavia harus ditaklukan dan apabila melawan maka akan dihancurkan berkeping-keping.

 Untuk mendukung pasukan Tumenggung Bahureksa, Mataram mengirim telik sandi dan surat kepada kerajaan-kerajaan dan bupati-bupati serta kadipaten sepanjang pantai utara Jawa yang isinya memerintahkan menyiapkan prajurit utuk berperang. Dan ancaman bagi yang menolak.

 Dari arah timur datang armada pasukan Mataram dari Demak. Mataram memiliki kesatuan prajurit yang berpangkalan di Demak baik angkatan laut maupun pasukan kerajaan Mataram. Kapal-kapal Demak yang membawa prajurit itu tidak berlabuh di Kendal tertapi berada di perairan Kendal untuk bersama-sama bergabung dengan pasukan lainnya menuju Batavia.

 Sorak sorai penduduk di pelabuhan Kendal melepas seribu pasukan Mataram berlayar menuju Batavia. Panji-panji kebesaran Mataram diarak dan dibentangkan di haluan kapal-kapal perang Mataram. Dua meriam kebanggan milik mataram berada di dua kapal utama di armada pasukan itu. Tumenggung Bahureksa berada di kapal utama armada pasukan itu.

 Mataram pun menyiapkan pasukan cadangan dari daerah Kedu Bagelen untuk memperkuat panglima Tumenggung Bahureksa. Dikirmnya surat kepada bupati Kedu untuk menyiapkan pasukan pengawal kabupaten untuk bertempur. Di Daerah Kedu pada saat itu terkenal dengan pendekar-pendekar yang gagah berani. Mendengar permintaan Sultan Agung itu, bupati Kedu membalasnya dan siap menyiapkan 500 prajurit. Prajurit pengawal bupati Kedu dikenal sejak lama sebagai prajurit yang haus peperangan.